https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/issue/feedFAD2024-09-06T09:08:00+00:00Open Journal Systems<p>Prosiding Fakultas Arsitektur dan Desain</p>https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3018PENERAPAN PRINSIP FLEKSIBILITAS DAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA PERANCANGAN GEDUNG KESENIAN DI KOTA BARU PARAHYANGAN2024-09-06T06:05:22+00:00Didik Setiawandidiksetiawan2333@mhs.itenas.ac.idReza Phalevi Sihombingdidiksetiawan2333@mhs.itenas.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong><br>Bandung dikenal sebagai salah satu pusat kota kreatif, budaya, dan seni. Kegiatan seni dan budaya berkembang cukup pesat di kota Bandung. Banyaknya pelaku dan Jenis kesenian di Kota Bandung, Kota Bandung belum memiliki Gedung Kesenian yang representatif sebagai tempat pertunjukan seni. oleh karena itu dibutuhkan gedung kesenian yang bisa mewadahi pelaku seni dengan berbagai macam aktivitas jenis kesenian. Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan rancangan gedung kesenian sebagai ruang kolaborasi antar pelaku seni dengan menerapkan prinsip fleksibilitas arsitektur dan arsitektur Kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam merancang bangunan gedung kesenian dengan melakukan elaborasi desain sesuai dengan tema melalui pendekatan ide desain arsitektur dengan menerapkan prinsip fleksibilitas arsitektur dan arsitektur Kontemporer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip fleksibilitas arsitektur dan arsitektur Kontemporer dapat diterapkan dalam merancang gedung kesenian sebagai wadah interaktif untuk ruang kolaborasi antar pelaku seni secara fungsional dan menjadi ruang baru yang berkontribusi pada perkembangan komunitas, interaksi sosial, dan budaya.<br>Kata kunci : Arsitektur Kontemporer, Fleksibilitas Arsitektur, Gedung Kesenian.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong><br>Bandung is known as one of the centers of creativity, culture, and art. The arts and cultural activities in Bandung have been growing rapidly. Despite the many artists and types of arts in Bandung, the city lacks a representative Art Hall that serves as a venue for artistic performances. Therefore, there is a need for an art hall that can accommodate artists with various types of artistic activities. This research aims to design an art hall as a collaborative space for artists by applying the principles of architectural flexibility and contemporary architecture. This study employs a qualitative method to design the art hall building by elaborating on the design according to the theme through an architectural design idea approach, implementing the principles of architectural flexibility and contemporary architecture. The results of this study indicate that the principles of architectural flexibility and contemporary architecture can be applied in designing an art hall as an interactive space for collaboration among artists, serving a functional purpose and becoming a new space that contributes to the development of community, social interaction, and culture.<br>Keywords: Contemporary Architecture, Flexibility Architecture, Performing Arts.</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3019 PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA DESAIN BANDUNG EXPO PARK, JALAN DR. DJUNJUNAN, BANDUNG2024-09-06T06:11:43+00:00Havi Medio Nur Fauzanhavi.medio15@mhs.itenas.ac.idJuarni Anitahavi.medio15@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Perkembangan arsitektur kontemporer di Indonesia menunjukkan dinamika yang signifikan, mencerminkan kemajuan teknologi, budaya, dan kebutuhan sosial masyarakat. Era ini ditandai dengan integrasi antara warisan budaya lokal dan inovasi modern, menghasilkan karya-karya yang unik dan bernilai estetika tinggi. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya menjadi pusat perkembangan ini, dengan munculnya bangunan-bangunan ikonik yang menggabungkan fungsi, estetika, dan efisiensi energi. Tantangan yang dihadapi termasuk kebutuhan untuk mempertahankan identitas budaya di tengah arus globalisasi dan urbanisasi yang cepat. Secara keseluruhan, arsitektur kontemporer di Indonesia terus berkembang dengan merangkul inovasi untuk masa depan yang lebih baik. Perancangan Bandung Expo Park ini memfasilitasi kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia khususnya di Kota Bandung dengan mengedepankan fleksibilitas ruang, teknologi canggih, dan kenyamanan pengunjung. Desain yang inovatif dan multifungsi memungkinkan transformasi ruang yang cepat sesuai kebutuhan acara. Bandung Expo Park ini dirancang untuk memenuhi permintaan berbagai jenis acara, mulai dari konferensi nasional, pameran dagang otomotif, hingga pertemuan perusahaan dan insentif wisata dengan mengadopsi prinsip-prinsip desain keberlanjutan yang menerapkan gubahan massa ekspresif dan dinamis serta adanya harmonisasi ruang dalam bangunan dengan ruang luar yang memiliki konsep ruang terbuka hijau disertai eksplorasi elemen lanskap. Perkembangan penggunaan material yang kokoh dengan fasad bangunan transparan seperti penggunaan yang didominasi oleh kaca dengan adanya dinding yang dilapisi oleh bahan metal pada bangunan menciptakan sebuah bangunan elegan dan modern.<br>Kata Kunci: Perancangan, Arsitektur Kontemporer, MICE</p> <p><strong>Abstract</strong><br>The development of contemporary architecture in Indonesia shows significant dynamics, reflecting advances in technology, culture and social needs of society. This era is characterized by the integration of local cultural heritage and modern innovation, producing works that are unique and of high aesthetic value. Big cities such as Jakarta, Bandung and Surabaya are at the center of this development, with the emergence of iconic buildings that combine function, aesthetics and energy efficiency. Challenges faced include the need to maintain cultural identity amidst rapid globalization and urbanization. Overall, contemporary architecture in Indonesia continues to develop by embracing innovation for a better future. The design of the Bandung Expo Park facilitates MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) activities in Indonesia, especially in the city of Bandung, by prioritizing space flexibility, advanced technology and visitor comfort. The innovative and multifunctional design allows for rapid space transformation according to event needs. Bandung Expo Park is designed to meet the demands of various types of events, from national conferences, automotive trade shows, to corporate meetings and tourism incentives by adopting sustainable design principles that apply expressive and dynamic mass compositions as well as harmonizing the inside space of the building with the outside space.which has a green open space concept accompanied by exploration of landscape elements. The development of the use of sturdy materials with transparent building facades such as the use of glass dominated with walls covered with metal in the building creates an elegant and modern building.<br>Keywords: Design, Contemporary Architecture, MICE</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3020PENERAPAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE MELALUI PENDEKATAN ACTIVE DESIGN PADA RUANG DALAM DAN LUAR BANGUNAN MICE BANDUNG2024-09-06T06:26:20+00:00Sultan Muhammad Azharsultanazhar2009@mhs.itenas.ac.idReza Phalevi Sihombingsultanazhar2009@mhs.itenas.ac.idNoveryna Dwika Reztriesultanazhar2009@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Kota Bandung merupakan salah satu kota yang cocok untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan MICE di Indonesia karena statusnya sebagai kota metropolitan dan juga kota kreatif. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah bangunan MICE berskala internasional yang dapat memfasilitasi semua kegiatan MICE dengan baik. Namun, rusaknya lingkungan menjadi kendala tersendiri karena pembangunan dalam skala besar cenderung dapat memperburuk kondisi tersebut. Rusaknya lingkungan juga berdampak buruk pada kualitas hidup serta kesehatan masyarakat khususnya yang tinggal di kota-kota besar. Maka dari itu, prinsip arsitektur berkelanjutan melalui pendekatan desain aktif diterapkan pada perancangan bangunan MICE ini untuk mengatasi permasalahan tersebut. Prinsip arsitektur berkelanjutan bertujuan untuk menghasilkan desain bangunan yang lebih ramah terhadap lingkungan, dapat meminimalisir dampak buruk pembangunan terhadap lingkungan, hemat energi sekaligus menghasilkan lingkungan yang lebih sehat. Sementara itu, desain aktif diterapkan dengan tujuan untuk mendorong gaya hidup sehat dengan mempromosikan gaya hidup aktif kepada para masyarakat melalui perancangan sirkulasi di dalam dan luar bangunan sekaligus landscape yang diolah dengan menarik untuk dapat menarik pengunjung beraktivitas. Hasil perancangan bangunan MICE ini diharapkan dapat menjadi fasilitas industri MICE yang ikonik dan digemari oleh masyarakat Kota Bandung namun tetap ramah terhadap lingkungan dan memiliki lingkungan yang sehat untuk para pengunjung beraktivitas di dalamnya.<br>Kata Kunci: Arsitektur Berkelanjutan, Desain Aktif, MICE, Ramah Lingkungan</p> <p><strong>Abstract</strong><br>Bandung is one of the best cities to be the center of MICE activities in Indonesia due to its status as a metropolitan and creative city. Therefore, it is necessary to build an international-scale MICE building that can facilitate all MICE activities properly. However, environmental degradation is an obstacle because large-scale development tends to worsen the condition. The degredation of the environment compromises people’s quality of life and wellness, especially those who live in cities. Therefore, the principle of sustainable architecture through an active design approach is applied to the design of this MICE building to overcome these problems. The principle of sustainable architecture aims to produce a building design that is more friendly to the environment, can minimize the adverse effects of development on the environment, save energy while producing a healthier environment. Meanwhile, active design is applied with the aim of encouraging healthy lifestyles by promoting active lifestyles to the community through the design of circulation inside and outside the building as well as landscapes that are processed attractively to attract visitors to move. The design of this MICE building is expected to become an iconic MICE industry facility that is favored by the people of Bandung but is still environmentally friendly and has a healthy environment for visitors to do activities in it.<br>Keywords: Active Design, Environmental Friendly, MICE, Sustainable Architecture</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3021IMPLEMENTASI ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR DALAM PENGEMBANGAN FASILITAS MICE DI KOTA BANDUNG2024-09-06T06:48:47+00:00Nita Nurul Azminitanurulazmi161001@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Bandung, dikenal dengan budaya dan keindahan alamnya, memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor pariwisata melalui pengembangan fasilitas MICE. Pariwisata melibatkan perjalanan dan kunjungan dengan berbagai tujuan mulai dari, bisnis, rekreasi, atau lainnya. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan daya tarik pariwisata di Bandung adalah dengan pengembangan fasilitas MICE. Sebagai pusat kegiatan MICE, Bandung memiliki peluang untuk membangun fasilitas yang tidak hanya mampu menarik banyak wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas lokal. Penelitian ini membahas penerapan arsitektur neo vernakular sebagai pendekatan<br>desain dalam pengembangan fasilitas MICE di Bandung. Arsitektur Neo Vernakular menggabungkan elemen arsitektur tradisional dengan konsep modern, menciptakan harmoni antara budaya lokal dan kebutuhan fungsional kontemporer. Pendekatan ini memungkinkan pengembangan fasilitas MICE yang memenuhi kebutuhan fungsional sambil memperkuat karakter budaya lokal. Melalui metode deskriptif kualitatif, penelitian ini menganalisis beberapa studi kasus MICE di Bandung yang telah mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur neo vernakular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggabungan elemen arsitektur tradisional dengan desain modern dalam fasilitas MICE tidak hanya meningkatkan daya tarik visual, tetapi juga memperkaya pengalaman wisatawan dan menjaga warisan budaya lokal. Selain meningkatkan estetika bangunan, penerapan arsitektur Neo Vernakular juga memperkuat identitas budaya lokal dan mendukung prinsip-prinsip keberlanjutan. Pada akhirnya, hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan kunjungan wisatawan dan perekonomian lokal.<br>Kata Kunci: Arsitektur Neo Vernakular, Budaya lokal, Fasilitas MICE, Kota Bandung, Wisata</p> <p><strong>Abstract</strong><br>Bandung, known for its rich culture and natural beauty, holds significant potential for tourism development through the enhancement of MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) facilities. Tourism involves travel and visits with various purposes, ranging from business to recreation and beyond. One of the factors that can enhance Bandung's tourism appeal is the development of MICE facilities. As a hub for MICE activities, Bandung has the opportunity to build facilities that not only attract many tourists but also strengthen the local identity. This research discusses the application of Neo Vernacular architecture as a design approach in the development of MICE facilities in Bandung. Neo Vernacular Architecture combines elements of traditional architecture with modern concepts, creating harmony between local culture and contemporary functional needs. This approach allows the development of MICE facilities that meet functional requirements while enhancing the local cultural character. Through a qualitative descriptive method,<br>this study analyzes several MICE case studies in Bandung that have adopted Neo Vernacular architectural principles. The results show that the integration of traditional architectural elements with modern design in MICE facilities not only enhances visual appeal but also enriches the tourist experience and preserves local cultural heritage. In addition to improving building aesthetics, the application of Neo Vernacular architecture also strengthens local cultural identity and supports sustainability principles. Ultimately, this can contribute to an increase in tourist visits and the local economy<br>Keywords: Neo Vernacular Architecture, Local Culture, MICE Facilities, Bandung City, Tourism</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3022PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA PERANCANGAN SANGARIUNG EXHIBITION DAN CONVENTION DI KOTA BANDUNG2024-09-06T06:54:25+00:00Dian Hermawandianhermawan113@gmail.comDwi Kustianingrumdianhermawan113@gmail.com<p><strong>Abstrak</strong><br>Pameran dan konferensi atau MICE merupakan suatu kegiatan yang sangat berguna dalam meningkatkan ekonomi dan pertumbuhan suatu daerah. Kota Bandung yang saat ini sedang mengalami perkembangan ekonomi, memerlukan suatu fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut, sehingga diperlukan bangunan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) untuk lebih mengoptimalkan potensi ekonominya. Sesuai dengan tujuan di atas maka dirancang bangunan Sangariung Exhibition and Convention yang berada di JL.Soekarno Hatta , Kecamatan Buah Batu. Sangariung Exhibition and Convention akan terdiri dari bangunan utama dan fasilitas pendukung, Adapun untuk bangunan utama terdapat 2 fungsi yaitu Convention dan Exhibition, dengan di lengkapi fasilitas pendukung dengan lantai 1 sebagai area utama dan lantai 2 sebagai area foodcourt seperti café, coffee shop, dan co workingspace. Adapun pada area site bangunan terdiri dari beberapa fasilitas pendukung , seperti plazza di area Utara site dan Barat site digunakan sebagai area public space, dan ampi teater terbuka di bagian Selatan site digunakan untuk acara yang bersifat umum. Pada perencanaan bangunan Sangariung ini menggunakan konsep Arsitektur Kontemporer. Arsitektur Kontemporer adaalah sebuah gaya atau perubahan di era modern atau sebuah gaya yang mengikuti perkembangan sebuah zaman, untuk penerapan Arsitektur Kontemporer diimplementasikan pada bagian Fasad, struktur bangunan, dan material yang di implementasikan pada bagian fasade bangunan.<br>Kata Kunci: Arsitektur, ekonomi, mice, pariwisata, seni</p> <p><strong>Abstract</strong><br>Exhibitions and conferences, or MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions), are activities that are highly beneficial for boosting the economy and the growth of a region. The city of Bandung, which is currently experiencing economic development, requires facilities that support such activities, thus necessitating the construction of a MICE building to further optimize its economic potential. In line with this goal, the Sangariung Exhibition and Convention building is designed to be located on JL. Soekarno Hatta, in Buah Batu District. The Sangariung Exhibition and Convention will consist of a main building and supporting facilities. The main building will serve two purposes: Convention and Exhibition, complemented by supporting facilities, with the first floor serving as the main area and the second floor as a food court area featuring cafés, coffee shops, and co-working spaces. The site of the building will also include several supporting facilities, such as plazas in the northern and western areas of the site used as public spaces, and an open amphitheater in the southern part of the site for public events. The design of the Sangariung building adopts a Contemporary Architecture concept. Contemporary Architecture is a style or transformation in the modern era, which can be described as a style that follows the developments of the times. This concept is implemented in the facade, building structure, and materials applied to the building’s facade.<br>Keywords: architecture,economy,culture, tourism, mice</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3023EKSPLORASI DESAIN ARSITEKTUR MODERN PADA BANGUNAN BANDUNG SKYLINE EXPO CENTER DI KOTA BANDUNG2024-09-06T07:22:53+00:00Fikri Amarulhaqfikriamar617@mhs.itenas.ac.idErwin Yuniar Rahadianfikriamar617@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Pusat pameran dan kegiatan yang sedang berkembang pesat meningkatnya jumlah perusahaan yang melakukan perkenalan produk dengan menyelenggarakan pameran. Arsitektur yang minimalis menggunakan geometri abstrak serta material, menjadikannya inovasi arsitektur abad ke-21. Selain sebagai pusat acara, mencerminkan identitas Kota Bandung dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta perkembangan industri di Jawa Barat. MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) juga berkembang di kota Bandung, sehingga keberadaan Exhibition Centre dapat mewadahi kegiatan tersebut sekaligus meningkatkan kegiatan pariwisata di Bandung. Fasilitasnya dirancang untuk berbagai jenis acara, dari pameran hingga konferensi internasional, dengan ruang yang fleksibel dan multifungsi. Pusat ini juga memperhatikan aspek keberlanjutan dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan dan efisien energi. Bangunan MICE memperkuat posisi Bandung sebagai kota kreatif menjadi simbol masa depan bagi kota ini. Setelah pandemi ini, banyak masyarakat yang harus menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tatanan kenormalan baru. Oleh karena itu, perencanaan pusat pameran dan konvensi menggunakan konsep baru merupakan pilihan tepat pada bangunan, karena dapat memberikan kenyamanan. dan berguna dalam pengerjaan bangunan itu sendiri.<br>Kata Kunci: Arsitektur Modern, Kota Bandung, Pameran dan Konvensi, Pusat Pengembangan Ekonomi, Skyline Expo Center</p> <p><strong>Abstract</strong><br>A fast-growing exhibition and activity center where an increasing number of companies are introducing their products through exhibitions. The minimalist architecture uses abstract geometry and materials, making it a 21st century architectural innovation. In addition to being an event center, it reflects the identity of Bandung and contributes to economic growth and industrial development in West Java. MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) is also growing in the city, so the Exhibition Center can accommodate these activities while increasing tourism activities in Bandung. The facilities are designed for various types of events, from exhibitions to international conferences, with flexible and multifunctional spaces. The center also takes sustainability into account by using environmentally friendly and energy-efficient technologies. The MICE building reinforces Bandung's position as a creative city and symbolizes the future for the city. After the pandemic, many people have to carry out their activities according to the new normal. Therefore, planning an exhibition and convention center using a new concept is the right choice in the building, because it can provide comfort and is useful in the workmanship of the building itself.<br>Keywords: Modern Architecture, Bandung City, Exhibitions and Conventions, Economic Development Center, Skyline Expo Center</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3024PENERAPAN ORIGAMI ARCHITECTURE BY CONTRAST TERHADAP ATAP DAN FASAD PERANCANGAN PERFORMING ARTS CENTER DI KOTA BARU PARAHYANGAN2024-09-06T07:31:48+00:00Shefa Yunel Handikashefa1736@gmail.comReza Phalevi Sihombingshefa1736@gmail.com<p><strong>Abstrak</strong><br>Kota Bandung dikenal sebagai pusat kebudayaan dan seni di Indonesia, tetapi belum memiliki gedung kesenian yang memadai untuk menampung banyaknya kegiatan pertunjukkan seni yang ada. Ketiadaan fasilitas yang representatif menjadi kendala dalam pengembangan potensi seni di kota ini, oleh karena itu dibutuhkan gedung pertunjukkan seni yang memadai berbagai kegiatan seni dari kebutuhan para seniman dan penikmat seni. Tujuan penelitian ini adalah mewujudkan rancangan gedung kesenian yang representatif dengan menerapkan atau implementasi konsep origami arsitektur terhadap atap dan fasad perancangan Lang Performing Arts Center di Kota Baru Parahyangan. Metode kualitatif digunakan untuk melakukan komplarasi eskplorasi bentuk melalui origami untuk mengshasilkan form, folding, dan pattern dengan menerapkan pada atap serta fasad bangunan Performing Arts Center. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep Origami Architecture dapat diterapkan meliputi sifat origami yaitu form, folding, dan pattern terhadap atap serta fasad bangunan Performing Arts Center. Melalui konsep Origami Architecture, bangunan Performing Arts Center menjadi sangat meresenpretatifkan bangunan pertunjukkan seni, ikonik, dan kontras dari bangunan sekitarnya.<br>Kata Kunci: Contrast, Origami architecture, Performing arts center.</p> <p><strong>Abstract</strong><br>Bandung is known as the center of culture and art in Indonesia, but does not yet have an adequate art building to accommodate the many art performance activities that exist. The absence of a representative facility is an obstacle in developing the potential of art in this city, therefore an adequate art performance building is needed for various art activities from the needs of artists and art lovers. The purpose of this research is to realize the design of a representative arts building by applying or implementing the concept of architectural origami to the roof and facade of the Lang Performing Arts Center design in Kota Baru Parahyangan. The qualitative method is used to conduct form exploration through origami to produce form, folding, and pattern by applying to the roof and facade of the Performing Arts Center building. The results of this research show that the concept of Origami Architecture can be applied including origami properties, namely form, folding, and pattern to the roof and facade of the Performing Arts Center building. Through the concept of Origami Architecture, the Performing Arts Center building becomes very interpretative of the performing arts building, iconic, and contrasts from the surrounding buildings.<br>Keywords: Contrast, Origami architecture, Performing arts center.</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3027PENDEKATAN EFISIENSI ENERGI MELALUI RAIN HARVESTING DAN CROSS VENTILATION PADA RANCANGAN CONVENTION & EXHIBITION DI KIARACONDONG2024-09-06T07:46:09+00:00Faris Azka Tjakrasondjajafaris.azka@mhs.itenas.ac.idReza Phalevi Sihombingfaris.azka@mhs.itenas.ac.idNoveryna Dwika Reztriefaris.azka@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Kiaracondong, salah satu wilayah yang berkembang pesat di kota Bandung, menghadapi tantangan untuk menciptakan bangunan konvensi yang efisien energi dan ramah lingkungan di tengah laju urbanisasi yang cepat. Convention & Exhibition Center di kawasan ini tidak hanya diharapkan mampu menampung berbagai acara seperti pameran dan seminar, tetapi juga dirancang untuk memaksimalkan efisiensi energi dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam konteks kesadaran global yang semakin meningkat mengenai perubahan iklim dan pentingnya pengurangan konsumsi energi, arsitek dan perencana kota perlu menemukan solusi desain yang inovatif dan adaptif. Jurnal ini memfokuskan pada penerapan strategi rain harvesting dan cross ventilation dalam desain Convention & Exhibition Center di Kiaracondong. Rain harvesting adalah teknik pengumpulan dan penyimpanan air hujan yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber air konvensional. Sementara itu, cross ventilation memungkinkan sirkulasi udara alami di dalam bangunan, sehingga mengurangi kebutuhan sistem pendinginan mekanis, meningkatkan kenyamanan termal, dan mengurangi konsumsi energi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengevaluasi efektivitas dan dampak dari penerapan kedua strategi ini dalam mencapai efisiensi energi dan keberlanjutan. Hasil analisis ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan praktik desain bangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, khususnya di kawasan urban yang terus berkembang seperti Kiaracondong.<br>Kata Kunci:<br>(Cross Ventilation, Efisiensi Energi, Rain Harvesting)</p> <p><strong>Abstract</strong><br>Kiaracondong, one of the fastest growing areas in the city of Bandung, faces the challenge of creating an energy efficient and environmentally friendly convention building amidst the rapid pace of urbanization. The Convention & Exhibition Center in this area is not only expected to be able to accommodate various events such as exhibitions and seminars, but also designed to maximize energy efficiency and sustainable use of natural resources. In the context of increasing global awareness of climate change and the importance of reducing energy consumption, architects and urban planners need to find innovative and adaptive design solutions. This journal focuses on the application of rain harvesting and cross ventilation strategies in the design of Convention & Exhibition Center in Kiaracondong. Rain harvesting is a technique of collecting and storing rainwater that can be used for various needs, thus reducing dependence on conventional water sources. Meanwhile, cross ventilation allows natural air circulation within the building, thereby reducing the need for mechanical cooling systems, improving thermal comfort, and reducing energy consumption. This research uses a qualitative descriptive method to evaluate the effectiveness and impact of implementing these two strategies in achieving energy efficiency and sustainability. The results of this analysis are expected to contribute to the development of more environmentally friendly and sustainable building design practices, especially in growing urban areas such as Kiaracondong.<br>Keywords:<br>(Cross Ventilation, Energy Efficiency, Rain Harvesting)</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3028PENERAPAN TEMA ARSITEKTUR POST-MODERN PADA TIMEBRIDGE CONVENTION EXHIBITION CENTER DI KOTA BANDUNG2024-09-06T08:04:18+00:00Gita Dewi Maharanigita.dewi@mhs.itenas.ac.idErwin Yuniar Rahadiangita.dewi@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Setelah pandemi Covid-19 mereda, pembatasan kegiatan masyarakat di Kota Bandung mulai dilonggarkan. Aktivitas bisnis, industri, pariwisata, dan perekonomian secara bertahap mulai kembali normal. Meskipun demikian, kembalinya aktivitas tersebut tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang saat ini diperlukan Kota bandung adalah gedung MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) yang fleksibel dan dapat memfasilitasi beragam kegiatan. Motode yang dilakukan yaitu dimulai dengan persiapan, survey lokasi, studi, pengolahan data, dan perancangan. Bangunan Timebridge Convention Exhibition Center dirancang menggunakan pendekatan Arsitektur Post-Modern yang unik dan fleksibel dengan memadukan elemen-elemen dari masa lampau dengan teknologi masa kini. Hasilnya, bangunan ini menciptakan bangunan yang estetis namun tetap mengedepankan fungsionalitas dan fleksibilitas. Selain dapat memfasilitasi kegiatan MICE, Timebridge Convention Exhibition Center juga dapat memfasilitasi kegiatan di bidang Industri Kreatif seperti Mini Konser hingga acara Pernikahan. Tema Post-Modern berhasil diterapkan pada fasad bangunan dimana fasad Timebridge Convention Exhibition Center ini memiliki fasad dengan desain yang mencolok yang dapat menarik pengunjung . Hal tersebut diharapkan bangunan ini dapat menjadi fasilitas yang tidak hanya menarik secara visual namun juga berguna bagi masyarakat.<br>Kata Kunci: Arsitektur Post-Modern, Konvensi, Kota Bandung, Pameran, Pariwisata</p> <p><strong>Abstract</strong><br>After the Covid-19 pandemic subsided, restrictions on community activities in Bandung City began to be relaxed. Business, industrial, tourism and economic activities are gradually starting to return to normal. However, the return of these activities is not accompanied by adequate facilities. The facilities currently needed by the city of Bandung are MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) buildings which are flexible and can facilitate various activities. The method used is starting with preparation, location survey, study, data processing and design. The Timebridge Convention Exhibition Center building was designed using a unique and flexible Post-Modern Architecture approach by combining elements from the past with today's technology. As a result, this building creates a building that is aesthetically pleasing but still prioritizes functionality and flexibility. Apart from being able to facilitate MICE activities, the Timebridge Convention Exhibition Center can also facilitate activities in the Creative Industry sector such as mini concerts and wedding events. The Post-Modern theme has been successfully applied to the building facade where the Timebridge Convention Exhibition Center facade has a facade with a striking design that can attract visitors. It is hoped that this building can become a facility that is not only visually attractive but also useful for the community.<br>Keywords: Bandung City, Convention, Exhibition, Post-Modern Architecture, Tourism</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3029PENERAPAN ARSITEKTUR FUTURISTIK DALAM PERANCANGAN BANGUNAN CONVENTIOAN & EXHIBITION CENTER DI KOTA BANDUNG2024-09-06T08:21:04+00:00Tri cahyo Darwantotri.cahyo@mhs.itena.ac.idBambang Subektitri.cahyo@mhs.itena.ac.idAgung Prabowo Sulistiawantri.cahyo@mhs.itena.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Perancangan Convention & Exhibition Center di Kota Bandung mengadopsi arsitektur futuristik untuk menciptakan sebuah ikon modern. Desain yang menonjolkan elemen inovatif seperti curtain wall, green wall, dan secondary skin yang memberi kesan timbul, yang menghadirkan tampilan dinamis dan tidak simetris. Struktur bentang lebar flat truss yang diekspos tidak hanya menekankan kekuatan konstruksi tetapi juga memberikan nilai estetika yang progresif. Konsep smart building terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan kenyamanan, serta memungkinkan interaksi cerdas antara bangunan dan lingkungannya. Eksterior dan interior mengusung bentuk-bentuk melengkung dan asimetris dengan pencahayaan adaptif serta material monokrom yang modern, menciptakan ruang yang menarik dan adaptif. Desain ini bertujuan memenuhi kebutuhan fungsional dan estetika, serta menjadi pusat kegiatan ekonomi dan budaya yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Integrasi arsitektur futuristik, desain fasad inovatif, struktur yang diekspos, dan konsep smart building membentuk bangunan yang berkelanjutan, relevan dengan perkembangan teknologi, dan berkontribusi pada kemajuan kota secara keseluruhan. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam arsitektur untuk menciptakan ruang yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan responsif terhadap kebutuhan masa depan.<br>Kata Kunci: (Mice , Bangunan Gedung Cerdas , Arsitektur Futuristik)</p> <p><strong>Abstract</strong><br>The design of the Convention & Exhibition Center in Bandung adopts a futuristic architecture to create a modern icon. The design features innovative elements such as curtain walls, green walls, and a secondary skin that provides a raised, dynamic, and asymmetrical appearance. The exposed flat truss structure not only emphasizes construction strength but also offers a progressive aesthetic value. The integrated smart building concept enhances management efficiency and comfort while enabling intelligent interaction between the building and its environment. The exterior and interior incorporate curved and asymmetrical forms with adaptive lighting and modern monochromatic materials, creating engaging and adaptable spaces. This design aims to meet both functional and aesthetic needs and to serve as a center for economic and cultural activities with a positive impact on the local community. The integration of futuristic architecture, innovative facade design, exposed structures, and smart building concepts results in a sustainable building that is relevant to technological advancements and contributes to the overall progress of the city.<br>This study highlights the importance of innovation in architecture for creating spaces that are not only aesthetic but also functional and responsive to future needs.<br>Keywords: ( Mice , Smart Buildings , Futuristic Architecture)</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3030PENERAPAN ORNAMEN BUDAYA SUNDA PADA BANGUNAN MICE BANDUNG DENGAN PRINSIP ARSITEKTUR POSTMODERN2024-09-06T08:32:23+00:00Robi Hidayatrobi.hidayat@mhs.itenas.ac.idReza Phalevi Sihombingrobi.hidayat@mhs.itenas.ac.idNoveryna Dwika Reztrierobi.hidayat@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di kota Bandung dalam berbagai bidang, baik itu kegiatan sosial, budaya, maupun ekonomi. Bandung sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pembangunan MICE, dengan infrastruktur yang memadai untuk kegiatan MICE. Banyak bangunan di Kota Bandung dan beberapa kota lain di Indonesia tidak mencerminkan identitas budaya lokal, melainkan menggunakan desain modern atau tren arsitektur universal. Hal ini mengurangi kekhasan kota dan pemahaman tentang warisan budaya sunda, serta menghadirkan tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan memperkuat daya tarik khususnya di dunia arsitektur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dari hasil rancangan Tugas Akhir. Bangunan yang dirancang berupa Boboko ExPO yang menggunakan tema ekspresi ornamen budaya sunda dengan gaya arsitektur postmodern dengan sentuhan vernakular. Tujuannya untuk mengintegrasikan elemen budaya lokal dalam desain bangunan guna meningkatkan identitas budaya lokal. Ornamen yang digunakan pada bangunan ini terinspirasi dari tarian sunda yaitu tarian merak dan jaipong. Penerapan ornamen dengan tarian budaya sunda ini<br>diterapkan pada beberapa bagian rancangan bangunan, diantaranya pada fasad bangunan dan interior bangunan. Dengan demikian, dapat diharapkan bangunan ini dapat menjadikan identitas lokal dan fasilitas bagi kegiatan yang berada di kota Bandung.<br>Kata Kunci: Budaya Sunda, MICE, Ornamen, Postmodern, Vernakular</p> <p><strong>Abstract</strong><br>There are many activities carried out by people in the city of Bandung in various fields, be it social, cultural or economic activities. Bandung, as one of the metropolitan cities in Indonesia, has great potential to become a center for MICE development, with adequate infrastructure for MICE activities. Many buildings in the city of Bandung and several other cities in Indonesia do not reflect local cultural identity, but instead use modern designs or universal architectural trends. This reduces the city's uniqueness and understanding of Sundanese cultural heritage, as well as presenting challenges in maintaining sustainability and strengthening its appeal, especially in the world of architecture. The method used in this research uses descriptive analysis of the results of the Final Project design. The building designed is a Boboko ExPO which uses the theme of Sundanese cultural ornamental expressions with a postmodern architectural style with a vernacular touch. The aim is to integrate local cultural elements in building design to enhance local cultural identity. The ornaments used in this building are inspired by Sundanese dances, namely the peacock and jaipong dances. The application of ornaments with Sundanese cultural dances is applied to several parts of the building design, including the building facade and building interior. Thus, it can be hoped that this building can create a local identity and facilities for activities in the city of<br>Bandung.<br>Keywords: Ornament, Postmodern, Sunda Culture, Vernacular</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/3031PENERAPAN KONSEP MOVEMENT ARCHITECTURE PADA BANGUNAN MICE UNTUK MENDUKUNG FLEKSIBILITAS DI KOTA BANDUNG2024-09-06T09:08:00+00:00Muhammad Faqih Alaudin Sidiqmuhammad.faqih@mhs.itenas.ac.idTecky Hendrartomuhammad.faqih@mhs.itenas.ac.id<p><strong>Abstrak</strong><br>Bangunan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) merupakah sebuah konsep bangunan yang menyatukan beberapa fungsi dalam satu gedung atau kawasan. Pada saat ini di Indonesia khususnya Kota Bandung masih belum banyak bangunan yang mendukung konsep MICE. Penerapan konsep Movement Architecture berfokus pada pengaturan ruang dalam atau area publik yang memperhatikan fleksibilitas. Dengan kata lain perancangan ruang dalam dan luar bangunan memperhatikan aluran lalu lintas penggunanya, seperti arah gerakan, aksesibilitas, dan pengalaman pengguna. pendekatan Movement Architecture menjadi kunci untuk perancangan bangunan MICE yang fleksibel. Aspek berkesinambungan sangat penting dalam sebuah bangunan MICE. Bangunan MICE membutuhkan area yang luas dan bangunan yang luas, sehingga faktor itu sangat memengaruhi. konsep Movement Architecture juga dapa memberikan pengalaman yang baru bagi pengunjung, karena setiap datang bentuk dari ruang akan berubah mengikuti kebutuhan dari pengguna itu sendiri. Bangunan MICE juga diharapkan dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada beberapa tahun yang akan datang bangunan MICE masih dapat mendukung kegiatan- kegiatan yang mungkin ada di masa yang akan datang. Penerapan konsep MICE dapat diaplikasikan pada beberapa bagian pada bagian interior maupun exterior bangunan, seperti bentuk façade, bentuk pola lantai, fungsi ruang dalam, dan lain lain.<br>Kata Kunci: Aksesibilitas, Fleksibilitas, MICE, Movement</p> <p><strong>Abstract</strong><br>MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) building is a building concept that unites several functions in one building or area. At this time in Indonesia, especially Bandung, there are still not many buildings that support the MICE concept. The application of the Movement Architecture concept focuses on organizing indoor space or public areas that pay attention to flexibility. In other words, the design of the inner and outer space of the building pays attention to the flow of user traffic, such as the direction of movement, accessibility, and user experience. Movement Architecture approach is the key to designing flexible MICE buildings. The sustainable aspect is very important in a MICE building. The MICE building requires a large area and a large building, so that factor is very influential. the Movement Architecture concept can also provide a new experience for visitors, because every time they come the shape of the space will change following the needs of the user itself. The MICE building is also expected to be used for a long period of time. In the next few years the MICE building can still support activities that may exist in the future. The application of the MICE concept can be applied to several parts of the interior and exterior of the building, such as the shape of the façade, the shape of the floor pattern, the function of the interior space, and others.<br>Keywords: Accessibility, Flexibility, MICE, Movement</p>2024-09-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024