Pendekatan Metode Adaptive Re Use Sebagai Upaya Keberlanjutan Bangunan Kolonial Studi Kasus: Bangunan Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung

Penulis

  • Agam Gumelar Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
  • M.Furqan Fahd Oscar Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
  • Kahfi Al Irsyad Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
  • Rafi Azani M Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
  • Utami Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Kata Kunci:

Adaptive re – use, Arsitektur Indische, Bangunan Cagar Budaya, Konservasi

Abstrak

Kedatangan Belanda ke Indonesia dan menjadi penguasa berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat pribumi, termasuk aspek budaya. Gabungan antara gaya hidup Belanda dan pribumi dikenal sebagai budaya Indis. Salah satu manifestasi dari budaya Indis adalah arsitektur bangunanya. Bandung adalah salah satu kota yang mengalami penjajahan Belanda, sehingga terdapat pengaruh budaya termasuk arsitektur Indische khususnya di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan ,Bandung. Gedung 31 FAD Itenas Bandung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung adalah sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Jl. Naripan no.7, Bandung. Semula didirikan sebagai tempat hiburan pada tahun 1930 kemudian mengalami transformasi menjadi pusat kebudayaan yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat ini, gedung tersebut masih digunakan untuk kegiatan pelatihan, pertunjukan seni, dan pameran seni rupa.Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan kembali Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung dari fungsi awalnya sebagai tempat hiburan menjadi pusat kebudayaan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi gedung sebagai objek penelitian. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa pelestarian gedung ini dapat dilakukan melalui upaya konservasi dan renovasi yang adaptif, dengan tujuan untuk menjaga fungsi gedung sebagai tempat pelestarian seni dan budaya Jawa Barat. Diharapkan melalui penelitian ini, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung dapat terus berperan sebagai pusat kegiatan pelestarian seni dan budaya dan meningkatkan kualitas dan fleksibilitas ruang sesuai dengan kebutuhan masa kini.

Unduhan

Diterbitkan

2023-12-13

Terbitan

Bagian

Prosiding SenADa: Seminar Nasional Arsitektur dan Desain