Mengenalkan Kesenian Bela Diri Benjang Ujung Beurung Bandung Melalui Perancangan Video Dokumenter Untuk Pelajar dan Mahasiswa

Authors

  • Mocmahad Rizqi Riyanto Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Teknologi Nasional Bandung
  • Aris Kurniawan Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Teknologi Nasional Bandung
  • Ramlan Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Teknologi Nasional Bandung

Keywords:

Benjang, beladiri, seni, Ujung Berung, martial arts, art

Abstract

Indonesia is a country that has many tribes and cultures are very diverse, one of which is Benjang is one of the traditional art of Bandung, West Java that comes from Ujung Berung. There are two types of Benjang, Benjang gelut and Benjang heleran. Benjang gelut meurpakan martial arts or traditional dexterity, while Benjang heleran shaped parade which includes bangbarongan, kuda lumping, there is no information about when the art of Benjang was born. Benjang art became widely known in the 1920s. The Art of Benjang began with traditional martial arts, this Benjang martial art was banned during the Dutch East Indies colonial period. For this reason, the martial art of Benjang was secretly developed under the guise of art and sport through religious channels. Later, Benjang art developed and lived in boarding schools. Benjang is considered a medium to approach the creator. Before the performance begins, the Bejang performers always hold a prayer reading to ensure safety during the performance is not disturbed. Benjang is not only a martial art, but also a folk art.
Keywords: Benjang, martial arts, art, ujung berung

Abstrak
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku dan budaya yang sangat beragam, salah satunya yaitu Benjang adalah salah satu seni tradisional Bandung, Jawa Barat yang berasal dari Ujung Berung. Ada dua jenis Benjang, Benjang gelut serta Benjang heleran. Benjang gelut meurpakan olahraga beladiri atau ketangkasan tradisional, sedangkan Benjang heleran berbentuk parade yang meliputi terdapat bangbarongan, kuda lumping, tidak ada informasi tentang kapan seni Benjang lahir. Seni Benjang mulai dikenal luas pada tahun 1920-an. Seni Benjang dimulai dengan seni bela diri tradisional, seni bela diri Benjang ini sempat dilarang selama masa kolonial Hindia Belanda. Untuk alasan ini, seni bela diri Benjang diam-diam dikembangkan dengan kedok seni dan olahraga melalui saluran keagamaan. Belakangan, kesenian Benjang berkembang dan tinggal di Pesantren. Benjang dianggap sebagai media untuk mendekati Sang Pencipta. Sebelum pertunjukan dimulai, para penampil Bejang selalu mengadakan pembacaan doa untuk memastikan keamanan selama pertunjukan tidak terganggu. Benjang bukan hanya seni bela diri, tetapi juga seni rakyat.
Kata Kunci : Benjang, beladiri, seni, Ujung Berung

References

+ Kesenian Jawa Barat, Seni Musik, Suara, dan Seni Tari Sunda. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://basasunda.com/kesenian-jawa-barat-sunda/

Agustini, T. (2019). Hakekat Desain Komunikasi Visual. 10–44.

Benjang, Gulat Asli Sunda Halaman all - Kompas.com. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://nasional.kompas.com/read/2008/04/19/11024813/benjang.gulat.asli.sunda?page=allMengajar, B. (2016). 済無No Title No Title No Title. 1–23.

Pengertian Budaya | Dinas Kebudayaan. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from

https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-budaya-95

Ragam Budaya Sunda beserta Penjelasan dan Contohnya - Gramedia. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://www.gramedia.com/best-seller/ragam-budaya-sunda/RIKARNO, R. (2015). Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa. Ekspresi Seni, 17(1). https://doi.org/10.26887/ekse.v17i1.71

Ruliana, P., & Lestari, P. (2019). TEORI KOMUNIKASI DR.PUJI dan BU POPPY.pdf.

Suku Sunda - Pakaian, Rumah, Tari, Kepercayaan, Kekerabatan. (n.d.). Retrieved November 9, 2021,

from https://www.gurupendidikan.co.id/suku-sunda/

Suri, D. (2019). Pemanfaatan Media Komunikasi dan Informasi dalam Perwujudan Pembangunan

Nasional. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 17(2), 177–187.

https://doi.org/10.46937/1720192684

Downloads

Published

2022-09-23

Issue

Section

2022 Desain Komunikasi Visual