PENERAPAN NEO-VERNAKULAR SUNDA PADA RANCANGAN ARTCHAEOLOGY MUSEUM OF GUA PAWON DI BANDUNG, JAWA BARAT

Authors

  • Frizki Oktaviani
  • Tecky Hendrarto

Keywords:

Arsitektur Sunda, Neo-Vernakular, Museum Arkelog

Abstract

ABSTRAK
Kebudayaan yang dimiliki Indonesia sangatlah beragam. Dalam hal ini, sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk mempertahankan warisan budaya yang telah ada. Diperlukan strategi untuk mempertahankan warisan budaya khususnya di Jawa Barat. Upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian warisan budaya adalah dengan memberi wadah seperti mendirikan Museum Arkeolog. Untuk membangkitkan kembali budaya Jawa Barat yang mulai berkurang diperlukan penanaman kembali nilai, ciri khas dan eksistensi. Penerapan tema Aristektur Neo-Vernakular menjadi solusi dalam permasalahan tersebut. Rancangan desain dalam neo vernakular menghadirkan langgam tradisional sunda dengan penerapan pada bentuk dasar bangunan, bentuk atap dan elemen khas sunda namun tetap diolah secara ‘modern’. Hal ini bertujuan bahwa museum arkeologi selain menjadi tempat wisata edukasi bagi pengunjung, tetap menghadirkan edukasi mengenai warisan budaya setempat dengan memperkenalkan elemen dan identitas budaya sunda dalam penerapan fasad bangunan yang mewakili kearifan lokal budaya Sunda khususnya di Jawa Barat.
Kata kunci: Arsitektur Sunda, Neo-Vernakular, Museum Arkelog

ABSTRACT
Indoensia’s culture is very diverse. In this case, it is very important for the Indonesian people to maintain the existing cultural heritage. A strategy is needed to maintain cultural heritage, especially ini West Java. Efforts that need to be made to preserve the cultural heritage is so provide a forum such as establishing the Archaeological Museum. To revive the culture of West Java which is starting ti diminish, it is necessary to replant values, characteristict and existence. The application of the theme of Neo-Venacular Achitecture is the solution too this problem. The design is neo vernacular present the traditional Sundanese style by applying it to the basic form of the building, the shape of the roof and the typical Sundanese element bu still processed in a ‘modern’ way. It is intended that the archaeological museum apart from being an educationl tourist spot for visitor, still presents education about local cultural heritage by introducing elements and Sundanese cultural identity in the application of building facades that represent local wisdom of Sundanese culture, especially in West Java.
Keywords: Sundanese Architecture, Neo-Vernacular, Archaeological Museum.

References

Milak, Chantal, (2015), Penerapan Konsep Neo Vernacular Budaya Betawi pada Resort Hotel di Jakarta. (Thesis Undergraduate, Bina Nusantara, 2015) Diakses dari http://eprints.binus.ac.id/32416/

International Conceal of Museum (ICOM). (2007). Available: https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000141067

Luthfi Yondri. (2009). Kawasan Karst Pasir Pawon Kandungan Tinggalannya dalam Lintas Budaya Prasejarah di Kawasan Danau Bandung Purba. Bandung: Forum Arkeologi I

Dhiya, Caesar & Prayogi, Luthfi. (2020). Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada Bangunan Fasilitas Budaya dan Hiburan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah

Octatalian, Janantha, (2021). Pusat Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.

Semarang: Univeristas Katolik Soegijapranata

Jamaludin. (2011). Estetika Sunda dan Implementasinya dalam Desain Kontemporer. Konferensi Internasional Budaya Sunda II. Diakses 29 Agustus 2022, dari Institut Teknologi Nasional Bandung E-Library

Nugraha, Hafizh & Anwar, Hendi. (2011). Rumah Etnik Sunda. Jakarta: Griya Kreasi

Muannas, Dasum. (1998). Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat. Jakaarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Downloads

Published

2022-10-25

Issue

Section

2022 Arsitektur