PENERAPAN WALKABLE SCHOOL PADA PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESENIAN DI KABUPATEN BANDUNG

Authors

  • Dewi Anggun Pratiwi
  • Ratu Sonya Mentari Haerdy

Keywords:

Aksesibilitas, Sarana dan Fasilitas, Sekolah Menengah Kejuruan, Walkability

Abstract

ABSTRAK
Motivasi wisata di Kabupaten Bandung tertuju pada kearifan lokalnya. Namun, besar peminatnya lebih condong pada wisata alamnya dibandingkan dengan seni dan budaya Sunda yang membentuk identitasnya. Demi mendukung berkembangnya bidang profesi sekaligus pelestarian bidang seni dan kebudayaan dalam pariwisata, maka diusunglah perancangan Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian sebagai wadah berkembangnya seni karawitan, seni tari, seni teater, dan broadcasting. Berlokasi di Desa Cimekar dengan lahan berkontur mendukung walkable school sebagai gagasan yang didasari atas keinginan untuk menciptakan sebuah lingkungan sekolah dengan akses pencapaian yang mudah dan nyaman dengan berjalan kaki. Metoda perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis secara kualitatif dengan menganalisa tapak, dan menggunakan studi literatur yang berkaitan dengan teori-teori yang mendukung proses perancangan. Penerapan walkability dalam rancangan SMK dicerminkan melalui kenyamanan pencapaian dalam akses menuju satu gedung ke gedung yang lain, memanfaatkan potensi kontur menjadi ruang komunal seperti lapangan, plaza, dan amphiteater dengan memperhatikan material yang digunakan apakah aman terhadap pengguna, cuaca, maupun lingkungan eksistingnya. Selain bagi pejalan kaki, disediakannya fasilitas dan infrastruktur yang menunjang kebutuhan para difabel, seperti penyediaan tangga ramp di dalam maupun di luar gedung. Menghasilkan sekolah dengan tempat belajar dan mengajar yang baik serta mendesain ruang untuk bereksplorasi yang sehat dan adaptif terhadap pengguna maupun lingkungannya.
Kata kunci: Aksesibilitas, Sarana dan Fasilitas, Sekolah Menengah Kejuruan, Walkability

ABSTRACT
Tourism motivation in Bandung Regency is focused on local wisdom. However, most of the enthusiasts are more inclined towards nature tourism than the Sundanese arts and culture that form its identity. In order to support the development of the professional field as well as the preservation of the arts and culture in tourism, the design of the Arts Vocational High School was proposed as a place for the development of musical arts, dance, theater arts, and broadcasting. Located in Cimekar Village with contoured areas which supporting walkable school as an idea based on the desire to create a school environment with easy and comfortable access to achievements by walking. The design method used is a qualitative analytical descriptive method by analyzing the site, and using literature studies related to the theories that support the design process. The application of walkability in the design is reflected in the convenience of achieving access from one building to another, utilizing the potential of contours to become communal spaces such as fields, plazas, and amphitheaters by paying attention to whether the materials used are safe for users, weather, or the existing environment. In addition to pedestrians, facilities and infrastructure are provided to support the needs of persons with disabilities, such as the provision of ramps inside and outside the buildings. Producing schools
Vol. 3 | No. 1
Februari 2023
with good learning and teaching spaces and designing spaces for exploration that are healthy and adaptive to users and their environment.
Keywords: Accessibility, Facilities and Amenities, Vocational High School, Walkability

References

U. D. Husaini, “Pendidikan Kejuruan Masa Depan”. 2016. [Online serial] Available: http://staffnew.uny.ac.id/upload/130683974/lainlain/Pendidikan%20Kejuruan%20Masa%20Depan.pdf . [Accessed Jan. 10, 2023]

R. Dwiputra, R. A. Saraswati, & B. Marpaung, "Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki Dan Pesepeda Pada Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Dukuh Atas" Jurnal Arsitektur Terracotta, vol. 3, no. 2 (2022). [Online serial] Available: https://ejurnal.itenas.ac.id/. [Accessed Nov. 15, 2022]

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2009). Studi Industri Kreatif Indonesia 2009. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

V. D. Wowor, V. A. Kuumur, & L. I. R. Lefrandt, "Urban Walkability di Kota Manado (Studi Kasus: Kec. Mapanget)" Jurnal Spasial, vol. 6, no. 1 (2019). [Online serial] Available: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/view/25302. [Accessed Nov. 15, 2022]

Ujang, N., & Muslim, Z. (2014). Walkability and attachment to tourism places in the city of Kuala Lumpur, Malaysia. Athens journal of Tourism, 2(1), 53-65. [Online serial] Available: https://www.atiner.gr/journals/tourism/2014-1-1-4-Ujang.pdf. [Accessed Nov. 1, 2022]

N. Tanan, S.S. Wibowo, & N. Tinumbia, “Pengukuran Walkability Index Pada Ruas Jalan Di Kawasan Perkotaan”. Jurnal Jalan-Jembatan, 34(2). (2017). [Online serial] Available: http://jurnal.pusjatan.pu.go.id/index.php/jurnaljalanjembatan/article/view/90. [Accessed Nov. 15, 2022]

Krambeck, H.V., “The Global Walkability Index”, Master of City Planning and Master of Science in Transportation Thesis. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology. (2006).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/Prt/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.

Downloads

Published

2023-02-28

Issue

Section

2023 Arsitektur