PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOFILIK PADA TAMAN HIBURAN
Keywords:
Ruang terbuka hijau, Arsitektur biofilik, Desain ruangAbstract
Abstrak
Pembangunan infrastruktur kota Bandung mengalami pertumbuhan pesat seiring perkembangan zaman, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan arsitektur yang mengedepankan integrasi antara bangunan dan lingkungan alam untuk mengatasi masalah tersebut. Arsitektur Biofilik menjadi solusi yang relevan untuk menciptakan ruang yang positif dan terintegrasi dengan lingkungannya. Arsitektur Biofilik bertujuan untuk menghubungkan secara harmonis antara ruang dalam dan ruang luar. Penerapan konsep Arsitektur Biofilik pada ruang luar dapat dilakukan melalui penggunaan dinding transparan dan material alami, yang memberikan pengguna pandangan luas dan sensasi berada di alam. Sementara itu, ruang dalam dapat dirancang secara terpusat, dengan mendorong interaksi sosial dan mengintegrasikan elemen alami untuk menciptakan pengalaman menenangkan, sekaligus memudarkan batas antara bangunan buatan manusia dengan lingkungan sekitar. Melalui perencanaan ruang berbasis alam ini, diharapkan dapat meningkatkan presentase luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Bandung. Para arsitek diharapkan mampu mengaplikasikan konsep Arsitektur Biofilik secara efektif dalam pembangunan infrastruktur, sehingga masyarakat tetap dapat menikmati fasilitas yang dibangun, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya.
Kata Kunci: Ruang terbuka hijau, Arsitektur biofilik, Desain ruang
Abstract
Infrastructure development in the city of Bandung has experienced rapid growth along with developments today, which causes an abundance of infrastructure and Green Open Space (GOS). Therefore, an architectural approach that absorbs integration is needed between buildings and the natural environment to overcome these problems. Biophilic Architecture be a relevant solution to create a positive and integrated space with environment. Biophilic Architecture aims to harmoniously connect between spaces inside and outside. The application of the Biophilic Architecture concept to outdoor spaces can be carried out by transparent walls and natural materials, which provide a view of the user expansive and the sensation of being in nature. Meanwhile, the inner space can be designed in a structured manner, by encouraging social interaction and integrating natural elements to create a calming experience, while blurring the lines between man-made buildings and surrounding environment. Through this nature-based space planning, it is expected to increase present an area of Green Open Space (GOS) in the city of Bandung. Architects are expected to be able apply the concept of Biophilic Architecture effectively in infrastructure development, so that people can still enjoy the facilities built, while maintaining them balance with the natural surroundings.
Keywords: Green open space, Biophilic architecture, Space design.
References
DPKP3 Kota Bandung, (2020) Ada Apa Dengan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung., DPKP3
BPS Kota Bandung, (2020). Jumlah Penduduk (Jiwa), 2018 – 2020., Badan Pusat Statistik
Indonesia, (2007). Undang-undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang., Pemerintahan pusat, Jakarta.
Puspitojati, T, & Samsoedin, I (2015). Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung. Jurnal Analisis [4] Green, TB (2014). 14 Patterns of Biophilic Design., Berkeley: University of California
Green, TB (2014). 14 Patterns of Biophilic Design., Berkeley: University of California
Ryan, C. O, Biophilic Design Patterns: Emerging Nature-Based Parameters for Health and Well-Being 2020.
Hamidi. (2005). Metode penelitian kualitatif. Malang: UMM press.
Chrysikou, E (2014). Architecture for psychiatric environments and therapeutic spaces
Ahuja R, Biomimicry Architecture: A Unique Art of Mimicking. 2016