Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular pada Perancangan Eksibisi dan Konvensi di Kota Baru Parahyangan

Authors

  • Difa Ahmad Nugraha
  • Reza Phalevi

Keywords:

Eksibisi dan Konvensi, Neo Exhibition, Neo-Vernakular

Abstract

ABSTRAK
Negara Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa, salah satunya adalah suku Sunda yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, suku Sunda dikenal dengan nama Tatar Pasundan. Banyak peninggalan suku Sunda yang masih terjaga sampai saat sini, salah satunya adalah desain rumahnya. Konsep asli desain rumah tradisional Sunda jadi pencetus pemilihan konsep bangunan. Bangunan Eksibisi dan Konvensi akan direncanakan dengan menerapkan konsep Neo-vernakular, yang merupakan konsep yang muncul di masa post-modern setikar tahun 1960-an, menggabungkan arsitektur yang sudah ada atau tradisional dengan arsitektur yang baru atau modern. Pemanfaatan konsep ini diharapkan akan menarik minat pengunjung untuk datang ke bangunan yang akan dirancang. Diharapkan bangunan ini bisa menjadi tempat yang bermaanfaat bagi pengguna dan masyarakat sekitar. Bangunan ini akan memanfaatkan konsep atap rumah Julang Ngapak, yang sering dipakai di bangunan-bangunan yang ada di Jawa Barat. Pameran dan Konvensi ini akan direncanakan di Bandung Barat lebih tepatnya di Jl. Parahyangan Raya. Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk mendukung keberadaan Pameran dan Konvensi, misalnya akses yang tidak jauh dari exit tol Padalarang Timur sehingga akses masuk ke gedung Pameran dan Konvensi tidak sulit untuk dilalui. Metode pendekatan yang akan dipakai ialah pendekatan kualitatif yaitu menyelesaikan masalah dengan mengumpulkan data mengenai eksibisi, konvensi dan arsitektur Neo-vernakular.

Kata kunci: Eksibisi dan Konvensi, Neo Exhibition, Neo-Vernakular.

ABSTRACT
Indonesia has various ethnic groups, one of which is the Sundanese from West Java Province, the Sundanese are known as the Tatar Pasundan. Many Sundanese heritages are still preserved to this day, one of which is the design of the house. The original concept of Sundanese traditional house design was the originator of the selection of the building concept. Exhibition and Convention buildings will be planned by applying the Neo-vernacular concept, which is a concept that emerged in the post-modern era around the 1960s, combining existing or traditional architecture with new or modern architecture. Utilization of this concept is expected to attract visitors to come to the building to be designed. It is hoped that this building can be a useful place for users and the surrounding community. This building will utilize the concept of the roof of the Julang Ngapak house, which is often used in buildings in West Java. This exhibition and convention will be planned in West Bandung, more precisely on Jl. Parahyangan Raya. This area has great potential to support the existence of Exhibitions and Conventions, for example access is not far from the Padalarang Timur toll exit so that access to the Exhibition and Convention building is not difficult to pass. The approach method that will be used is a qualitative approach, namely solving problems by collecting data on exhibitions, conventions and Neo-vernacular architecture.

Keywords: Exhibitions and Conventions, Neo Exhibitions, Neo-Vernacular.

References

Kota Bandung https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1060 diakses pada 21 Juni 2021

Weldus, Joseph., 2012, “Arsitektur Neo Vernacular”.

Charles A., Jenks., 1990. "Languange of Post Moderm Architecture".

Saidi, Astari, Prayoga., 2019. “Penerapan Tema Neo-Vernakular Pada Wajah Bangunan Gedung Utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali” Jurnal, Indonesia

Anwar, Nugraha. 2013, “Rumah Etnik Sunda”, Bogor: Griya Kreasi

Downloads

Published

2021-10-18

Issue

Section

2021 Arsitektur