PENERAPAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE MELALUI PENDEKATAN ACTIVE DESIGN PADA RUANG DALAM DAN LUAR BANGUNAN MICE BANDUNG
Keywords:
Arsitektur Berkelanjutan, Desain Aktif, MICE, Ramah LingkunganAbstract
Abstrak
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang cocok untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan MICE di Indonesia karena statusnya sebagai kota metropolitan dan juga kota kreatif. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah bangunan MICE berskala internasional yang dapat memfasilitasi semua kegiatan MICE dengan baik. Namun, rusaknya lingkungan menjadi kendala tersendiri karena pembangunan dalam skala besar cenderung dapat memperburuk kondisi tersebut. Rusaknya lingkungan juga berdampak buruk pada kualitas hidup serta kesehatan masyarakat khususnya yang tinggal di kota-kota besar. Maka dari itu, prinsip arsitektur berkelanjutan melalui pendekatan desain aktif diterapkan pada perancangan bangunan MICE ini untuk mengatasi permasalahan tersebut. Prinsip arsitektur berkelanjutan bertujuan untuk menghasilkan desain bangunan yang lebih ramah terhadap lingkungan, dapat meminimalisir dampak buruk pembangunan terhadap lingkungan, hemat energi sekaligus menghasilkan lingkungan yang lebih sehat. Sementara itu, desain aktif diterapkan dengan tujuan untuk mendorong gaya hidup sehat dengan mempromosikan gaya hidup aktif kepada para masyarakat melalui perancangan sirkulasi di dalam dan luar bangunan sekaligus landscape yang diolah dengan menarik untuk dapat menarik pengunjung beraktivitas. Hasil perancangan bangunan MICE ini diharapkan dapat menjadi fasilitas industri MICE yang ikonik dan digemari oleh masyarakat Kota Bandung namun tetap ramah terhadap lingkungan dan memiliki lingkungan yang sehat untuk para pengunjung beraktivitas di dalamnya.
Kata Kunci: Arsitektur Berkelanjutan, Desain Aktif, MICE, Ramah Lingkungan
Abstract
Bandung is one of the best cities to be the center of MICE activities in Indonesia due to its status as a metropolitan and creative city. Therefore, it is necessary to build an international-scale MICE building that can facilitate all MICE activities properly. However, environmental degradation is an obstacle because large-scale development tends to worsen the condition. The degredation of the environment compromises people’s quality of life and wellness, especially those who live in cities. Therefore, the principle of sustainable architecture through an active design approach is applied to the design of this MICE building to overcome these problems. The principle of sustainable architecture aims to produce a building design that is more friendly to the environment, can minimize the adverse effects of development on the environment, save energy while producing a healthier environment. Meanwhile, active design is applied with the aim of encouraging healthy lifestyles by promoting active lifestyles to the community through the design of circulation inside and outside the building as well as landscapes that are processed attractively to attract visitors to move. The design of this MICE building is expected to become an iconic MICE industry facility that is favored by the people of Bandung but is still environmentally friendly and has a healthy environment for visitors to do activities in it.
Keywords: Active Design, Environmental Friendly, MICE, Sustainable Architecture
References
Pusphanjali and R. Hurdawaty, “Event MICE Sebagai Daya Tarik Pengunjung : Studi Kasus Bandung Investment, Agriculture, Tourism and Trade EXPO 2021,” Journal of Tourism and Creativity, Vol. 6, No. 1, pp. 15-23, 2022, doi: 10.19184/jtc.v6i1.27783.
M. S. Akbari and A. Dinapradipta, “Penerapan Pendekatan Rancang Active Design pada Perancangan Hunian Vertikal,” Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 7, No. 2, pp. 18-23, 2018, doi: 10.12962/j23373520.v7i2.33674
C. S. D. Kusuma, “MICE- Masa Depan Bisnis Pariwisata Indonesia,” Jurnal Efisiensi – Kajian Ilmu Administrasi, Vol. XVI, No. 2, pp. 52-62, 2019, doi: 10.21831/efisiensi.v16i2.27420.
H. Setyawan, “Daya Saing Destinasi MICE di Indonesia,” Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 2, No. 1, pp. 26-32, 2018, doi: 10.22146/jpt35379.
S. Hidayatulloh and Anisa, “Kajian Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Pada Bangunan Perkantoran (Studi Kasus: Gedung Utama Kementrian PUPR),” Jurnal Arsitektur Zonasi, Vol. 5, No. 3, pp. 521-530, 2022, doi: 10.17509/jaz.v5i3.31467.
S. Hidayatulloh and Anisa, “Kajian Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Pada Bangunan Perkantoran (Studi Kasus: Menara BCA Jakarta),” Media Matrasain, Vol. 18, No. 1, pp. 89-97, 2021, doi: 10.35792/matrasain.v18i1.37062
R. R. I. Irfandian and H. Wilianto, “Perwujudan Prinsip Desain Aktif Pada Revitalisasi Ruang Terbuka Publik Kota Studi Kasus : Lingkungan Saparua Park, Kota Bandung,” Jurnal Idealog, Vol. 4, No. 1, pp. 75-88, 2019, doi: 10.25124/idealog.v4i1.1557.
A. Widyakusuma and A. M. Zainoeddin, “Ruang Ibadah pada Bangunan Masjid Darul Ulum Pamulang Ditinjau dari Sisi Kenyamanan Thermal,” Jurnal KaLIBRASI – Karya Lintas Ilmu Bidang Rekayasa Arsitektur, Sipil, Industri, Vol. 5, No. 1, pp. 22-44, 2022, doi: 10.37721/kalibrasi.v5i1.971.
Masrokan, W. S. Budi and E. Setyowati, “Pemanfaatan cahaya alami Terhadap meja Baca di Perpustakaan,” Jurnal Arsitektur ARCADE, Vol. 4, No. 2, pp. 176-185, 2020, doi: 10.31848/arcade.v4i2.408
M. R. Bloomberg, D. Burney, T. Farley, J. Sadik-Khan and A. Burden, Active Design Guidelines: Promoting Physical Activity and Health in Design, New York City: City of New York, 2010. [E-Book] Available: https://home.nyc.gov/site/planning/plans/active-design-guidelines/active-design-guidelines.page.
H. Snel, E. Platvoet, T. Schouten, A. Mirza and E. Vreeswijk, Active Design in Buildings, Amsterdam: Beta office for architecture and the city, 2016. [E-Book] Available: https://beta-office.com/project/active-design-buildings/.