PENERAPAN ORNAMEN BUDAYA SUNDA PADA BANGUNAN MICE BANDUNG DENGAN PRINSIP ARSITEKTUR POSTMODERN
Keywords:
Budaya Sunda, MICE, Ornamen, Postmodern, VernakularAbstract
Abstrak
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di kota Bandung dalam berbagai bidang, baik itu kegiatan sosial, budaya, maupun ekonomi. Bandung sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pembangunan MICE, dengan infrastruktur yang memadai untuk kegiatan MICE. Banyak bangunan di Kota Bandung dan beberapa kota lain di Indonesia tidak mencerminkan identitas budaya lokal, melainkan menggunakan desain modern atau tren arsitektur universal. Hal ini mengurangi kekhasan kota dan pemahaman tentang warisan budaya sunda, serta menghadirkan tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan memperkuat daya tarik khususnya di dunia arsitektur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dari hasil rancangan Tugas Akhir. Bangunan yang dirancang berupa Boboko ExPO yang menggunakan tema ekspresi ornamen budaya sunda dengan gaya arsitektur postmodern dengan sentuhan vernakular. Tujuannya untuk mengintegrasikan elemen budaya lokal dalam desain bangunan guna meningkatkan identitas budaya lokal. Ornamen yang digunakan pada bangunan ini terinspirasi dari tarian sunda yaitu tarian merak dan jaipong. Penerapan ornamen dengan tarian budaya sunda ini
diterapkan pada beberapa bagian rancangan bangunan, diantaranya pada fasad bangunan dan interior bangunan. Dengan demikian, dapat diharapkan bangunan ini dapat menjadikan identitas lokal dan fasilitas bagi kegiatan yang berada di kota Bandung.
Kata Kunci: Budaya Sunda, MICE, Ornamen, Postmodern, Vernakular
Abstract
There are many activities carried out by people in the city of Bandung in various fields, be it social, cultural or economic activities. Bandung, as one of the metropolitan cities in Indonesia, has great potential to become a center for MICE development, with adequate infrastructure for MICE activities. Many buildings in the city of Bandung and several other cities in Indonesia do not reflect local cultural identity, but instead use modern designs or universal architectural trends. This reduces the city's uniqueness and understanding of Sundanese cultural heritage, as well as presenting challenges in maintaining sustainability and strengthening its appeal, especially in the world of architecture. The method used in this research uses descriptive analysis of the results of the Final Project design. The building designed is a Boboko ExPO which uses the theme of Sundanese cultural ornamental expressions with a postmodern architectural style with a vernacular touch. The aim is to integrate local cultural elements in building design to enhance local cultural identity. The ornaments used in this building are inspired by Sundanese dances, namely the peacock and jaipong dances. The application of ornaments with Sundanese cultural dances is applied to several parts of the building design, including the building facade and building interior. Thus, it can be hoped that this building can create a local identity and facilities for activities in the city of
Bandung.
Keywords: Ornament, Postmodern, Sunda Culture, Vernacular
References
R. Aisy, “Bab I با حض خ ي ,” Galang Tanjung, no. 2504, pp. 1–9, 2015, [Online]. Available: https://eprints.umm.ac.id/65932/2/BAB I Rohidatul Aisy D3 Perbankan Keuangan %28006%29.pdf
A. D. Prayogo, “Bumi Etam Convention Center,” pp. 469–484, 2020, [Online]. Available: http://eprints.itn.ac.id/6113/%0Ahttp://eprints.itn.ac.id/6113/1/1622015_BAGIAN AWAL-alifdwi prayogo.pdf
E. Tiaratanto, K. Affandi, and A. Andiyan, “Bangunan konvensi dan eksibisi bandung,” J. Arsit. Arch., no. 126, pp. 1–13, 2021.
Akbar, “Borneo Convention and Exhibition Center,” J. Online Mhs. Arsit. Univ. Tanjungpura, vol. 6, no. 1, pp. 201–212, 2018.
M. P. Shalika, R. Sibarani, and E. Setia, “Makna Ornamen Rumah Gadang Minangkabau: Kajian Semantik,” Humanika, vol. 27, no. 2, pp. 70–81, 2020, doi: 10.14710/humanika.v27i2.32594.
M. Mesra, G. Kartono, and A. Ibrahim, “Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara Pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi,” Gorga J. Seni Rupa, vol. 11, no. 1, p. 81, 2022, doi: 10.24114/gr.v11i1.33639.
T. Pamungkas et al., “Post Modern A,” vol. 20, pp. 31–38, 2019.
R. Tarigan, “ARSITEKTUR VERNAKULAR BERBASIS ARSITEKTUR TRADISIONAL : MENUJU ARSITEKTUR LOKAL YANG BERKELANJUTAN Studi kasus : Rumah di Desa Karangmalang, Kabupaten Kudus,” Tesa Arsit., vol. 14, no. 1, p. 23, 2017, doi: 10.24167/tesa.v14i1.1119.
R. P. Sihombing, “Observasi Implementasi Bahasa Arsitektur Frank Gehry,” vol. 2, no. 3, pp. 94–99, 2023.
A. Dafrina, F. Fidyati, F. Abadi, and N. P. Lisa, “Kajian Makna Ornamen Dan Makna Warna Ornamen Umah Pitu Ruang (Studi Kasus Umah Pitu Ruang Di Desa Kemili, Aceh Tengah),” Arsitekno, vol. 9, no. 1, p. 1, 2022, doi: 10.29103/arj.v9i1.6262.
M. J. Montero-Parejo, L. G. Moruno, A. M. R. Rodríguez, J. H. Blanco, and J. G. Velarde, “Analysis of façade color and cost to improve visual integration of buildings in the rural environment,” Sustain., vol. 12, no. 9, 2020, doi: 10.3390/su12093840.
L. L. N. Hanifah and A. Prajawinanti, “Analisis Keseimbangan Desain Interior Perpustakaan Sebagai Sarana Edukasi Siswa Pada Perpustakaan SMK Negeri 1 Trenggalek,” Media Pustak., vol. 29, no. 2, pp. 157–170, 2022, doi: 10.37014/medpus.v29i2.1483.
R. P. SIHOMBING, “Perubahan Fungsi Ruang-Dalam Terhadap Pola Ruang Pada Bangunan Utama Balai Kota Cirebon,” J. Arsit. Zo., vol. 4, no. 2, pp. 223–233, 2021, doi: 10.17509/jaz.v4i2.31472.