PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA NEO-PARAHYANGAN PERFORMING ART CENTER DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Authors

  • Erwin Kuncoro

Keywords:

Budaya Sunda, Neo-Vernakular, Neo-Parahyangan Performing Art Center

Abstract

Abstrak
Kebudayaan Sunda khususnya daerah di Provinsi Jawa Barat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan seni yang unik dan beragam. Kota Bandung menjadi salah satu destinasi wisata budaya sunda yang sangat diminati. Data yang diperoleh Kota Bandung memiliki 251 jenis kesenian tradisional. Namun, seiring berkembangnya kesenian di Kota Bandung kurang didukungnya oleh fasilitas penunjang kegiatan pagelaran seni yang mempuni. Walaupun saat ini sudah terdapat beberapa bangunan pertunjukkan di Kota Bandung, tetapi belum memenuhi semua kebutuhan bagi para pementas seni. Neo Parahyangan Performing Art Center merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Neo – Parahyangan Performing Art Center (Pusat Pertunjukkan Seni) adalah suatu fasilitas umum yang dapat digunakan oleh siapapun dan memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan pertunjukkan kesenian. Berlokasi di Kota Baru Parahyangan menjadi tempat yang sangat strategis karena lokasinya yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Mengangkat tema Vernakular Sunda yang dipadukan dengan gaya modern memunculkan tema Neo – Vernakular yang menjadi tema pada desain Performing Art Center. Mempertahankan kebudayaan asli sunda dan mengenalkannya kepada publik dengan gaya modern, selain dapat menarik perhatian pengunjung juga mengenalkan Budaya Sunda yang tak boleh hilang dan tergantikan. Maka, perancangan Performing Art Center ini memiliki tujuan sebagai wadah aktivitas pemeran seni yang dapat memenuhi kebutuhan dan menjadi tempat yang diminati oleh masyarakat sebagai objek wisata edukasi budaya. Selain itu, mengangkat tema Neo – Vernakular sebagai tema utama juga sebagai upaya pelestarian budaya yang semakin lama semakin tergeserkan serta merupakan usaha agar tertap menyeimbangkan antara budaya lokal dan modern.
Kata Kunci : Budaya Sunda, Neo-Vernakular, Neo-Parahyangan Performing Art Center

Abstract
Sundanese culture, especially in West Java Province, has a great influence on the development of unique and diverse arts. The city of Bandung is one of the most popular tourist destinations for Sundanese culture. Data obtained by Bandung City has 251 types of traditional arts. However, along with the development of art in the city of Bandung, it is not supported by supporting facilities for art performance activities. Although there are currently several performance buildings in the city of Bandung, they do not meet all the needs of art performers. Neo Parahyangan Performing Art Center is one of the solutions to this problem. Neo - Parahyangan Performing Art Center is a public facility that can be used by anyone and has a function as a place for performing arts activities. Located in Kota Baru Parahyangan, it is a very strategic place because of its location which is often visited by tourists. Raising the theme of Sundanese Vernacular combined with modern style raises the Neo-Vernacular theme which is the theme of the Performing Art Center design. Maintaining the original Sundanese culture and introducing it to the public with a modern style, in addition to attracting the attention of visitors can also introduce Sundanese culture that must not be lost and replaced. So, the design of this Performing Art Center has a goal as a place for art performance activities that can meet the needs and become a place that can be used by the public.
Keyword : Sundanese Culture, Neo-Vernacular, Neo-Parahyangan Performing Art Center

References

Reza Khoerul Iman, “Data Keberagaman Jenis Kesenian di Kota Bandung 2021: Seni Tradisional Sunda Terbanyak,” BandungBergerak.id. Diakses: 2 Mei 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://bandungbergerak.id/article/detail/14683/data-keberagaman-jenis-kesenian-di-kota-bandung-2021-seni-tradisional-sunda-terbanyak

D. I. Rene dan S. Sujatini, “Implementasi Konsep Green Architecture Pada Performing ARTS CENTER BEKASI,” IKRAITH - Teknologi, vol. Vol.8, no. No.1, 2024, doi: 10.37817/ikraith-teknologi.v8i1.

F. Andriani, “OMAH TEATER JOGJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER,” E - Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 33–60, 2021.

Peraturan Perundang-undangan, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG,” 2002. Diakses: 2 Mei 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://peraturan.bpk.go.id/Details/44487/uu-no-28-tahun-2002

A. Wiryadhi Saidi, N. Putu Anggita Suma Astari, dan K. Adi Prayoga, “Penerapan Tema Neo-Vernakular Pada Wajah Bangunan Gedung Utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali,” Jurnal Teknik Gradien, vol. 11, no. 2, 2019.

I. Pratama Adi Putra dan E. Elviana, “Penerapan Konsep Neo Vernakular Bali pada Bangunan Mixed-Use Beachwalk Bali,” Journal of Education Research, vol. 5, no. 2, hlm. 1157–1165, 2024.

D. Kustianingrum, O. Sonjaya, Y. Ginanjar, J. Reka Karsa -1 Jurnal, dan R. Karsa, “KAJIAN POLA PENATAAN MASSA DAN TIPOLOGI BENTUK BANGUNAN KAMPUNG ADAT DUKUH di GARUT , JAWA BARAT,” 2013.

G. Suharjanto, “Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu dan Masa Kini,” ComTech , vol. Vol 5, no. No.1, hlm. 505–521, Jun 2014.

E. Yuniar dkk., “Desain Ruang Terbuka Publik Ditinjau dari Elemen Pembentuk Fisik Kota,” Jurnal Arsitektur TERRACOTTA |, no. 1, hlm. 45–56, 2019.

A. Fitri Satwikasari dan M. Sahril Adhi Saputra, “Penerapan Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Pada Desain Tapak Lanskap Dan Bangunan Fasilitas Resort,” Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019, vol. 16, Okt 2019.

Downloads

Published

2024-09-05

Issue

Section

2024 Arsitektur