PENERAPAN TEMA ARSITEKTUR METAFORA GENDANG PADA PERANCANGAN GEDUNG PERFORMING ART CENTER DI KOTA BARU PARAHYANGAN BANDUNG

Authors

  • Dafa Raudha
  • Utami

Keywords:

Arsitektur, Auditorium, Metafora, Musik, Pertunjukan, Seni, Teater

Abstract

Abstrak
Gedung Performing Art Center merupakan bangunan yang mewadahi kegiatan berbagai pertunjukan seni untuk ditontonkan oleh banyak orang. Diadakannya perancangan Gedung Performing Art Center di Kota Bandung dipengaruhi oleh faktor sejarah, budaya, kebutuhan lokal, dan visi pengembangan kota karena Bandung memiliki warisan seni dan budaya yang kaya dengan kesenian. Karena masih minimya tempat untuk mewadahi kegiatan pertunjukan seni musik, teater dan pameran seni yang representatif di kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung, maka perlu diadakannya perancangan Gedung Performing Art Center ini untuk mengoptimalisasi pertumbuhan ekonomi di Bandung. Diiringi dengan era westernisasi dan globalisasi saat ini, budaya-budaya lokal seringkali terpinggirkan oleh pengaruh budaya luar sehingga minat masyarakat menurun untuk mengenal seni Sunda yang berdampak terancam punah.Untuk itu, diperlukan pendekatan tema Arsitektur Tangible Metaphor dari filosofi dan bentuk Gendang Sunda. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena Gendang Sunda memiliki peran penting dalam penyelenggraan pertunjukan musik Sunda sehingga menyelaraskan budaya lokal dengan fungsi bangunan yang merujuk pada bidang kesenian. Gendang Sunda dimetaforakan agar ikut melestarikan lokalitas sunda dengan menyampaikan pentingnya menghormati warisan budaya dan kearifan lokal daerah di perkembangan zaman yang semakin modern melalui wujud bangunan Performing Art Center. Aplikasi desain diterapkan dengan menonjolkan pada bagian bentang lebar yang didalamnya terdapat auditoium pertunjukan seni dan auditorium pertemuan.
Kata kunci: Arsitektur , Auditorium, Metafora, Musik, Pertunjukan, Seni, Teater.

Abstract
The Performing Art Center Building is a building that accommodates various art performances to be watched by many people. The design of the Performing Art Center Building in Bandung is influenced by historical, cultural, local needs, and urban development vision factors because Bandung has a rich artistic and cultural heritage. Because there is still a lack of places to accommodate music, theater and representative art exhibitions in the Kota Baru Parahyangan Bandung area, it is necessary to design this Performing Art Center Building to optimize economic growth in Bandung. Accompanied by the current era of westernization and globalization, local cultures are often marginalized by outside cultural influences so that public interest decreases in knowing Sundanese art which has an endangered impact. For this reason, a Tangible Metaphor Architecture theme approach is needed from the philosophy and shape of the Sundanese Drum. Researchers used a descriptive qualitative method because the Sunda Drum has an important role in organizing Sundanese music performances so that it harmonizes local culture with building functions that refer to the arts. Sundanese drums are metaphorized to preserve Sundanese locality by conveying the importance of respecting cultural heritage and regional local wisdom in an increasingly modern era through the form of a Performing Art Center building. The design application is applied by emphasizing the wide span section in which there is a performing arts auditorium and a meeting auditorium.
Keywords: Architecture, Auditorium, Metaphor, Music, Performance, Art, Theater.

References

F. V. Br Sihombing, N. A. Setyaningbudi, S. R. Maghfira, dan T. F. Aulia, “Dampak Pemanfaatah Bandros Pada Minat Berkunjung Wisata Heritage di Kota Bandung,” Jurnal Darma Agung, vol. 32 No. 4, Agu 2024, doi: https://dx.doi.org.10.46930/ojsuda.v32i4.4408.

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, “Fakta Menarik Bandung, Kota Kembang yang Penuh Kreativitas,” kemenparekraf.go.id. Diakses: 20 Agustus 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/fakta-menarik-bandung-kota-kembang-yang-penuh-kreativitas

A. P. Arienda, T. Cardiah, dan R. Wulandari, “Perancangan Interior Museum Kota Bandung,” e-Proceeding of Art & Design Telkom University, vol. 5 No. 3, Des 2018.

Kota Baru Parahyangan, “Kota Mandiri Berwawasan Pendidikan.” Diakses: 20 Agustus 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://www.kotabaruparahyangan.com/about

A. K. Hakim, M. Ischack, dan N. B. Hartanti, “Penerapan Ornamen Lokal Pada Desain Gedung Wayang Orang Sriwedari Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular,” AGORA : Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti, vol. 20 No. 2, Des 2022, doi: http://dx.doi.org/1025105/agora.v20i1.14281.

E. Neufert, Data Arsitek JIid 2, 33 ed. Jakarta: Erlangga, 2002.

J. Spitzer dan N. Zaslaw, The Birth of the Orchestra: History of an Institution, 1650-1815, 1 ed. Oxford University Press, 2005.

Anthony C. Antoniades, Poetics of Architecture: Theory of Design. Wiley, 1992.

P. Rahmawati, L. Mohamadi, dan L. Mohamadi, “Perancangan Astronomy Center Kabupaten Semarang,” SARGA : Journal Of Architecture And Urbanism, vol. 14 No.1, 2020, doi: https://doi.org/10.56444/sarga.v14i1.181.

Utami, N. Khoirul B, A. Fitri I, S. Nurul H, dan R. Indah Z, “Orientasi Massa Bangunan Terhadap Olahan Ruang Dalam Pada Masjid An Nuur Biofarma Bandung,” Jurnal Reka Karsa, vol. 5 No. 4, 2017, doi: https://doi.org/10.26760/rekakarsa.v5i4.3624.

Utami, A. Praverdianto, M. Nurrohman, dan A. Mulana, “Kaitan Antara Bentuk dan Fungsi pada Bangunan Rektorat Unpad Jatinangor,” Jural Reka Karsa, vol. 4 No. 1, 2015, doi: https://doi.org/10.26760/rekakarsa.v4i1.1404.

Downloads

Published

2024-09-05

Issue

Section

2024 Arsitektur