PERANCANGAN YOUTH CENTER SEBAGAI MANIFESTO ARSITEKTUR DEKONSTRUKTIF DI BANDUNG
Keywords:
Arsitektur Dekonstruktif, Bandung, Ekspresi Anak Muda, Perancangan Konseptual, Youth CenterAbstract
Abstrak
Kota Bandung sebagai pusat kreativitas urban memiliki kebutuhan akan ruang ekspresi yang inklusif bagi generasi muda. Namun, hingga kini belum tersedia ruang yang mampu mengakomodasi aktivitas kreatif dan sosial anak muda secara optimal, baik dari segi desain, program, maupun aksesibilitas. Penelitian ini merespons persoalan tersebut melalui perancangan Youth Center di kawasan Cibeunying Kaler, Bandung, dengan pendekatan arsitektur dekonstruktif sebagai bentuk manifesto terhadap kebebasan berekspresi dan pembebasan dari bentuk-bentuk arsitektur konvensional. Pendekatan yang digunakan adalah research-based design, yang mencakup studi literatur, analisis tapak, pendekatan programatik, serta eksplorasi bentuk berdasarkan prinsip-prinsip dekonstruksi. Hasil perancangan menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu menghasilkan ruang yang dinamis, fleksibel, dan tidak konvensional, selaras dengan karakter generasi muda yang progresif dan kritis. Kebaruan dari desain ini terletak pada integrasi narasi kebebasan dan ketegangan visual ke dalam ruang publik yang partisipatif. Youth Center ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah aktivitas kreatif, tetapi juga sebagai simbol kultural yang merepresentasikan identitas, dialog sosial, dan transformasi kota yang lebih inklusif.
Kata Kunci: Arsitektur Dekonstruktif, Bandung, Ekspresi Anak Muda, Perancangan Konseptual, Youth Center.
Abstract
As the center of urban creativity, the city of Bandung needs inclusive spaces for youth expression. However, spaces that adequately accommodate the creative and social activities of young people remain limited in terms of design, program, and accessibility. This research responds to that issue through the design of a Youth Center located in the Cibeunying Kaler area of Bandung, employing a deconstructivist architectural approach as a manifesto of freedom of expression and liberation from conventional architectural forms. The approach used is research-based design, involving literature studies, site analysis, programmatic exploration, and formal experimentation grounded in the principles of deconstruction. The design outcome demonstrates that this approach can generate spaces that are dynamic, flexible, and non-conventional aligned with the progressive and critical character of today’s youth. The novelty of this project lies in the integration of narrative freedom and visual tension into a participatory public space. The Youth Center serves not only as a facility for creative activities but also as a cultural symbol representing identity, social dialogue, and the transformation of the city towards a more inclusive and participatory urban environment.
Keywords: Bandung, Conceptual Design, Deconstructivist Architecture, Youth Center, Youth Expression
References
S. S. K. Adityawirawan, Kusuma dan H. E., “CAFÉ AS STUDENT’S INFORMAL LEARNING SPACE: A CASE STUDY IN BANDUNG, INDONESIA,” Journal of Architecture and Built Environment, vol. 2, no. 48, pp. 109-120, 2021.
M. F. A. Sidiq dan T. Hendrarto, “PENERAPAN KONSEP MOVEMENT ARCHITECTURE PADA BANGUNAN MICE UNTUK MENDUKUNG FLEKSIBILITASDI KOTA BANDUNG,” E-Proceeding Institut Teknologi Nasional Bandung, vol. 2, no. 4, pp. 125-169, 2024.
D. A. Ihsanti dan Widiyani, “Youth Empowerment in Urban Kampung Neighbourhood through Placemaking. A Case Study of Bandung and Jakarta, Indonesia,” A Case Study of Bandung and Jakarta, Indonesia, vol. 2, no. 9, pp. 223-232, 2024.
D. Anggrina, R. Wikantari dan A. K. Deapati, “Kajian Arsitektur Dekonstruksi dari 7 Pemikiran,” Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, vol. 1, no. 1, pp. 01-10, 2023.
G. Ismawan dan Ashadi, “PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR KONTEMPORER DEKONSTRUKSI PADA BANGUNAN PERTUNJUKAN TEATER JAKARTA,” Jurnal Arsitektur PURWARUPA, vol. 1, no. 5, pp. 39-45, 2021.
N. Yuliastri dan W. Zahrah, “Penerapan Arsitektur Metafora pada Perancangan Youth Centerdi Kota Padang,” onstruksi: Publikasi Ilmu Teknik, Perencanaan Tata Ruang dan Teknik Sipil, vol. 4, no. 2, pp. 12-26, 2024.
M. D. Nugroho dan M. Nurcahyo, “Ruang Kreatif sebagai Media Interaksi dan Ekspresi untuk Mendukung Pelestarian Budaya dan Pemberdayaan Ekonomi Kreatif di Kelurahan Gunungketur Pakualaman Yogyakarta,” Lintas Ruang: Jurnal Pengetahuan & Perancangan Desain Interior, vol. 1, no. 11, pp. 1-9, 2023.
R. Oldenburg, The Great Good Place, Massachusetts: Berkshire Publishing Group LLC, 1989.
E. Y. Simahendali, I. S. Asharhani dan A. G. Wiranata, “PERANCANGAN RUANG BEKERJA KREATIF MASA DEPAN,” ArsNet, vol. 1, no. 3, pp. 62-77, 2023.
A. M. D. Khairullah Ridwansyah dan T. Hendrarto, “Penerapan 5 Poin Arsitektur Modern Le CorbusierPada Rancangan Shopping Mall Kota Baru Parahyangan Bandung di Era New Normal,” E Proceeding Institut Teknologi Nasional Bandung, vol. 1, no. 1, pp. 1-10, 2021.
C. Frayling, Research in Art and Design, London: Royal College of Art, 1993.
R. M. Hafiz Nurahman, “OPTIMALISASI DESAIN FASAD BANGUNAN RESTAURANT,” Jurnal Arsitektur Zonasi, vol. 2, no. 2, pp. 138-146, 2019.
