PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOFILIK PADA PERANCANGAN YOUTH CULTU RE CENTER DI ANTAPANI, BANDUNG

Authors

  • Rafi Rajasa Putra

Keywords:

Arsitektur biofilik, Youth culture center, Ruang publik, Kesehatan mental

Abstract

Abstrak
Kepadatan hunian serta keterbatasan area hijau di kawasan perkotaan seperti Antapani, Bandung, membatasi akses remaja terhadap ruang publik yang sehat, inklusif, dan mendukung perkembangan budaya. Perkembangan kota yang pesat sering kali mengabaikan kebutuhan ruang kolektif yang adaptif, padahal aktivitas sosial dan kreatif generasi muda memiliki peran besar dalam pembentukan identitas budaya perkotaan. Perancangan Youth Culture Center ini menjawab tantangan tersebut melalui penerapan pendekatan arsitektur biofilik sebagai strategi untuk menghadirkan lingkungan binaan yang lebih sehat secara mental, nyaman secara sensorik, serta mendukung interaksi sosial anak muda. Proses perancangan dilakukan melalui studi literatur, analisis tapak, serta penerapan prinsip biofilik pada aspek tata ruang, material, dan pencahayaan alami. Hasil rancangan memperlihatkan bahwa integrasi elemen alam, ruang terbuka hijau, dan orientasi visual dapat meningkatkan kualitas lingkungan binaan sekaligus mendukung aktivitas sosial. Nilai kebaruan terletak pada penggabungan prinsip ekologis dengan kebutuhan ruang komunitas remaja dalam program publik kebudayaan, yang masih jarang diterapkan secara eksplisit di kawasan urban padat. Kompleks yang dihasilkan berupa fasilitas multifungsi meliputi auditorium, area komersial, dan ruang seni, yang tidak hanya berfungsi secara praktis, tetapi juga memberikan pengalaman ruang yang memulihkan serta memperbaiki kualitas hidup generasi muda di kota.
Kata Kunci: Arsitektur biofilik, Youth culture center, Ruang publik, Kesehatan mental.

Abstract
The concentration of buildings and the limited presence of green spaces in urban districts such as Antapani, Bandung, have reduced young people’s access to healthy and inclusive public areas that encourage cultural development. Rapid urban growth often overlooks the demand for adaptive collective spaces, despite the vital contribution of youth-driven creative and social activities in shaping urban identity. This design project responds to such challenges by proposing a Youth Culture Center that applies a biophilic architectural approach to create a built environment that supports mental well-being, sensory comfort, and social interaction among young people. The design process involved literature studies, site analysis, and the application of biophilic principles across spatial planning, material selection, and natural lighting strategies. The outcome demonstrates that the integration of natural elements, green open spaces, and visual orientation significantly enhances the quality of the built environment while strengthening opportunities for social engagement. The novelty of this work lies in the holistic application of biophilic design within a public cultural facility program, which remains rarely implemented explicitly in dense urban contexts. The resulting design is a multifunctional complex consisting of an auditorium, commercial areas, and art studios, intended not only for practical functionality but also for providing restorative spatial experiences that improve the quality of urban youth life.
Keywords: biophilic architecture, youth culture center, public space, mental health.

References

A. Apriani, U. Mustaqimah, and A. Marlina, “Penerapan Arsitektur Biofilik pada Pusat Pertanian Perkotaan di Surakarta,” Senthong, vol. 6, no. 2, pp. 543–552, 2023, [Online]. Available: https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/index

D. E. Yolanda, “Perancangan Cultural Center Dengan Konsep Arsitektur Tropis Di Prawirotaman,” Area, vol. 130, pp. 120–129, 2018.

C. Ramadhania, “Youth Culture Center Di Surabaya Dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme,” Respository ITS, p. 27, 2020.

Y. Kerenhapukh, “Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan, Semarang,” pp. 9–38, 2023.

N. Bungawali and A. F. Satwikasari, “Kajian Konsep Arsitektur Biofilik Pada Bangunan Science Center (Studi Kasus : Ecorium National Institute of Ecology, South Korea),” PURWARUPA J. Arsit., vol. 8, no. 1, p. 83, 2024, doi: 10.24853/purwarupa.8.1.83-90.

R. Justice, “Konsep Biophilic Dalam Perancangan Arsitektur,” J. Arsit. ARCADE, vol. 5, no. 1, p. 110, 2021, doi: 10.31848/arcade.v5i1.632.

N. C. Comfort, “4 Pattern,” Tangl. F., pp. 69–97, 2022, doi: 10.4159/9780674029828-005.

Afkar Garbiya Lidinillah, “Study on the Application of,” J. Desain Lingkung. Binaan Indones., vol. 1, no. 13, pp. 147–149, 2024, doi: 10.32315/JDLBI.v1i2.417.

M. Haviz, M. T. Toha, R. Sipahutar, and O. Alfernando, “Evaluasi Termal Vertical Greenery System Tipe Green Facade pada Dinding Bangunan,” J. Tek. Pertan. Lampung (Journal Agric. Eng., vol. 10, no. 3, p. 296, 2021, doi: 10.23960/jtep-l.v10i3.296-302.

D. S. N. Hadi, S. Supriyanta, and M. F. R. Wibowo, “Efektivitas Penghawaan Alami dalam Kenyamanan Termal: Intervensi Fasad dan Teknologi Eco-Cooler pada Ruang Aula,” Sinektika J. Arsit., vol. 20, no. 1, pp. 7–14, 2023, doi: 10.23917/sinektika.v20i1.19207.

Downloads

Published

2025-08-29

Issue

Section

2025 Arsitektur