PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA YOUTH CULTURE CENTER "BALE SIRA" DI JALAN A.H. NASUTION, BANDUNG

Authors

  • Raida Ramdhanita Hadaya
  • Tecky Hendrarto

Keywords:

Budaya Sunda, Youth Culture Center, Arsitektur neo-vernakular

Abstract

Abstrak
Perkembangan globalisasi dan era digital telah membawa dampak besar terhadap gaya hidup, pola pikir serta minat generasi muda, yang kini lebih akrab dengan budaya populer global dibandingkan dengan warisan budaya lokalnya sendiri. Kondisi ini memicu penurunan eksistensi budaya Sunda di tengah masyarakat urban, terutama di kalangan generasi digital. Youth Culture Center "Bale Sira" dirancang sebagai respons terhadap fenomena menurunnya eksistensi budaya lokal Sunda di tengah arus globalisasi dan urbanisasi yang pesat di kawasan Bandung, di mana generasi muda semakin jauh dari akar budayanya sehingga diperlukan ruang publik yang mampu menjadi wadah pelestarian sekaligus pengembangan ekspresi budaya. Tujuan dari desain ini adalah menciptakan pusat budaya generasi muda yang tidak hanya berfungsi sebagai ruang edukasi dan kolaborasi, tetapi juga sebagai ikon pelestarian budaya Sunda yang relevan dengan kebutuhan masa kini. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan hybrid architecture, dengan analisis kontekstual terhadap budaya lokal, kebutuhan pengguna, dan karakteristik tapak, serta integrasi teori arsitektur tradisional Sunda sebagai landasan konseptual utama dalam proses perancangan. Hasil desain berupa prototipe pusat budaya yang mengadaptasi pola ruang, bentuk massa, dan detail arsitektur Sunda secara adaptif dan kontemporer, menghadirkan ruang publik yang edukatif, kolaboratif, serta menjadi media pelestarian dan revitalisasi budaya lokal di kawasan urban.
Kata Kunci: Budaya Sunda; Youth Culture Center; Arsitektur neo-vernakular

Abstract
The rise of globalization and the digital era has significantly influenced the lifestyles and interests of young generations, who are now more engaged with global popular culture than with their local heritage. This shift has led to the decline of Sundanese culture in urban contexts, especially among digital natives. The Youth Culture Center “Bale Sira” is designed as a response to this phenomenon, aiming to reconnect youth with their cultural roots while addressing the lack of inclusive public spaces for education, interaction, and collaboration. The project seeks to create a cultural hub that not only provides facilities for learning and creativity but also serves as an icon of Sundanese cultural preservation relevant to contemporary needs. The design approach employs hybrid architecture, combining contextual analysis of local culture, user needs, and site conditions with principles of traditional Sundanese architecture. The result is a prototype youth cultural center that adaptively reinterprets Sundanese spatial patterns, massing, and architectural details in a contemporary form. It offers collaborative and educational public spaces while functioning as a medium for cultural preservation and revitalization in Bandung’s urban environment.
Keywords: Sundanese culture; Youth Culture Center ; neo-vernacular architecture

References

A. Rasyeed Asshiddiqi dkk., “Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Indonesia Serta Tantangan Dalam Mempertahankan Rasa Nasionalisme The Influence of Globalization on Indonesian Culture and Challenges in Maintaining a Sense of Nationalism,” 2024, [Daring]. Tersedia pada: https://jicnusantara.com/index.php/jiic

Deandra Rafiq Daffa, Dave Arthuro, Jovanes Agus Fernanda, dan Muh. Bintang Widya Pratama, “Gen-Z: Eksplorasi Identitas Budaya dan Tantangan Sosial Dalam Era Digital,” Jurnal Insan Pendidikan dan Sosial Humaniora, vol. 2, no. 2, hlm. 169–183, Mei 2024, doi: 10.59581/jipsoshum-widyakarya.v2i2.3112.

“RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANDUNG TAHUN 2011-2031 - JDIH Kota Bandung.” Diakses: 20 Agustus 2025. [Daring]. Tersedia pada: https://jdih.bandung.go.id/home/produk-hukum/peraturan-perundang-undangan-daerah/2173

P. Pemahaman Arsitektur, Dicetak oleh: PT Remaja Rosdakarya Offset-Bandung Diterbitkan oleh: PT REMAJA ROSDAKARYA Arsitektur Nusantara. [Daring]. Tersedia pada: www.rosda.co.id

C. Dhiya Fauzan Widi dan L. Prayogi, “Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada Bangunan Buday dan Hiburan,” Jurnal Arsitektur ZONASI, vol. 3, no. 3, hlm. 382–390, Okt 2020, doi: 10.17509/jaz.v3i3.23761.

A. Wiryadhi Saidi, N. Putu Anggita Suma Astari, dan K. Adi Prayoga, “PENERAPAN TEMA NEO VERNAKULAR PADA WAJAH BANGUNAN GEDUNG UTAMA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI.”

“Robert Venturi: Nonstraightforward Architecture – A Gentle Manifesto – design manifestos .org.” Diakses: 19 Agustus 2025. [Daring]. Tersedia pada: https://designmanifestos.org/robert-venturi-nonstraightforward-architecture-a-gentle-manifesto/?utm_source=chatgpt.com

“Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 35 Tahun 2020 tentang Pembangunan dan Pengembangan Ruang Kepemudaan (Youth Space) - JDIH Kota Bandung.” Diakses: 20 Agustus 2025. [Daring]. Tersedia pada: https://jdih.bandung.go.id/home/produk-hukum/peraturan-perundang-undangan-daerah/23172

“Iklim, Cuaca Menurut Bulan, Suhu Rata-Rata Kota Bandung (Indonesia) - Weather Spark.” Diakses: 19 Agustus 2025. [Daring]. Tersedia pada: https://id.weatherspark.com/y/118121/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-Kota-Bandung-Indonesia-Sepanjang-Tahun

F. Oktaviani, T. Hendrarto, P. Studi Arsitektur, dan F. Arsitektur Dan Desain, “Penerapan Neo-Vernakular Sunda pada Rancangan Artchaeology Museum of Gua Pawon di Bandung, Jawa Barat.”

I. Tecky Hendrartor, “KONSEP NEO VERNAKULAR DENGAN SENTUHAN ELEMEN MODERN PADA KAWASAN WISATA GUNUNG HALU.” [Daring]. Tersedia pada: www.earth.google.com,

Downloads

Published

2025-08-29

Issue

Section

2025 Arsitektur