Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Sunda Pada Bangunan Konvensi Dan Eksibisi Di Kota Baru Parahyangan

Authors

  • Abdul Rojak
  • Ardhiana Muhsin

Keywords:

Arsitektur, Konvensi dan Eksibisi, Neo-vernakular, Sunda

Abstract

ABSTRAK
Kota Baru Parahyangan berada di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan sebuah kota mandiri
dengan lokasi strategis yang dapat menunjang berbagai kegiatan rekreasi dan kegiatan komersil.
Banyaknya hunian yang terdapat pada Kawasan tersebut dapat diartikan bahwa setiap individunya akan
membutuhkan area untuk mewadahi aktivitas seperti rekreasi, edukasi dan interaksi sosial. Bangunan
konvensi dan eksibisi ini selain menjadi daya tarik kawasan Kota Baru Parahyangan diharapkan pula
menjadi destinasi wisata dan edukasi terkait tema konvensi dan eksibisinya. Pembangunan gedung
konvensi dan eksibisi ini dirancang menggunakan penerapan arsitektur neo-vernakular yang mana gaya
ini mengacu pada arsitektur tradisional sunda namun dipadukan dengan gaya modern. Konsep ini
diangkat mengacu pada nama lokasi „Parahyangan‟ yang identik dengan suku Sunda namun mengingat
kebaruan dari fungsi bangunan yang dirancang maka perlu disisipkan hal-hal baru selain langgam
arsitektur tradisional sunda yang sudah dikenal sebelumnya. Fungsi-fungsi ruang luar atau ruang dalam
dapat digunakan secara efisien dengan menerapkan elemen-elemen arsitektur tradisional sebagai ciri
khas bangunan, keharmonisasian ruang yang bertujuan untuk kenyamanan pengguna di dalam bangunan
atau luar bangunan, mengutamakan pola sirkulasi bangunan serta elemen lanskap yang baik
menyesuaikan dengan kondisi dan wilayah Kota Baru Parahyangan dengan tidak mengurangi vegetasi dan
pengolahan area tapak.
Kata kunci: Arsitektur, Konvensi dan Eksibisi, Neo-vernakular, Sunda.

ABSTRACT
Kota Baru Parahyangan is located in West Bandung Regency which is an independent city with a
strategic location that can support various recreational and commercial activities. The number of
dwellings in the area can mean that each individual will need an area to accommodate activities such as
recreation, education and social interaction. Besides being an attraction for the Kota Baru Parahyangan
area, this convention and exhibition building is also expected to become a tourist and educational
destination related to the convention and exhibition theme. The construction of this convention and
exhibition building was designed using the application of neo-vernacular architecture in which this style
refers to traditional Sundanese architecture but is combined with a modern style. This concept was
appointed referring to the location name 'Parahyangan' which is identical to the Sundanese tribe, but
considering the novelty of the function of the designed building, it is necessary to insert new things other
than the previously known Sundanese traditional architectural style. The functions of the outer or inner
space can be used efficiently by applying traditional architectural elements as the hallmark of the
building, the harmonization of space aimed at the comfort of users inside the building or outside the
building, prioritizing the circulation pattern of the building as well as landscape elements that are well
adapted to conditions. and the Kota Baru Parahyangan area without reducing the vegetation and
processing of the site area.
Keywords: Architecture, Conventions and Exhibitions, Neo-Vernacular, Sundanese.

References

Lawson, Congress, (2000). “Convention & Exhibition Facilities”

Charles A., Jenks., (1977)."Languange of Post Moderm Architecture".

Pradnya Putra, Tjok., (1997). “Pengertian Arsitektur Neo-vernakular,” Journal, Indonesia

Ernst, Neufrt. (1991). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Ernst, Neufrt. (1991). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Charles Jencks (1990). “Language of Post-Modern Architecture”

Downloads

Published

2022-03-15

Issue

Section

2021 Arsitektur