PENGENALAN GORO-GORO/GARA-GARA WAYANG KULIT KEPADA GENERASI MUDA MELALUI PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER

Authors

  • Ayu Desty Nirwanasyah Program Studi Desain Komunikasi Visual , Institut Teknologi Nasional Bandung.
  • Aris Kurniawan Program Studi Desain Komunikasi Visual , Institut Teknologi Nasional Bandung.
  • Agustina Kusuma Dewi Program Studi Desain Komunikasi Visual , Institut Teknologi Nasional Bandung.

Keywords:

performing arts, shadow puppets, Javanese culture

Abstract

This research has an aims to: (1) knowing the young generation's response to the shadow puppets performing art in goro-goro's scene, (2) becoming a bridge through which the younger generation is familiar, learning to understand until there is a love for the art of the marionette, (3) through a documentary featuring pieces of stories that are relevant to current circumstances can become a virtuous character education, instilling confidence and pride in their own culture. The javans have some types of art that are popular in the community. One of the arts that has developed in this modern age is the skin puppet. The leather play isa form of apretention of stakeholders, lovers, fans, observers and interested in the development of traditional willingness. The art of the marionette play has become a trademark identity of the nation in building ethical, aesthetic and cultural moralites. Today's younger generation has begun to teem with cultures and customs especially Java. They were more likely to follow the increasingly modernizing, western culture, and some of the arts of the Javanese tribes began to diminish their appeal among the younger generation, such as puppet show. Puppet show should be one of the nation's cultural identities. If it is not preserved during the lifetime of hipup, it will no doubt be forgotten by the current generation of youngsters. Adjustments will be needed in order for puppets to be enjoyed in the large audiences of especially the younger generation.
Keywords: performing arts, shadow puppets, Javanese culture

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui respon generasi muda terhadap seni pertunjukan wayang kulit pada adegan goro-goro, (2) Menjadi jembatan yang membuat generasi muda lebih mengenal, belajar mengerti dan memahami hingga timbul rasa cinta terhadap kesenian wayang kulit, (3) Melalui video dokumenter yang menampilkan potongan ceritadengan keadaan saat ini dapat menjadi pendidikan karakter generasi muda sehingga berbudi pekerti yang luhur, menanamkan rasa percaya diri dan bangga akan budaya sendiri. Suku Jawa mempunyai beberapa jenis kesenian yang populer di masyarakat. Salah satu kesenian yang masih berkembang di era modernisasi ini adalah wayang kulit. Pagelaran wayang kulit merupakan bentuk apreisasi dari para pemangku, pecinta, penggemar, pengamat dan pemerhati perkembangan kesediaan tradisi. Seni pertunjukan wayang kulit menjadi ciri khas jati diri bangsa dalam membangun etika, estetika dan moralita budaya. Generasi muda saat ini sudah mulai luntur dengan budaya dan adat istiadat khususnya Jawa. Mereka lebih cenderung mengikuti perubahan zaman yang semakin ke arah moderenisasi dan meniru budaya barat, sehingga beberapa kesenian yang dimiliki oleh suku bangsa Jawa mulai berkurang daya tariknya di kalangan generasi muda seperti kesenian pertunjukan wayang. Semestinya seni pertunjukan wayang jadi salah satu jati diri bangsa terkait budaya. Jika tidak dilestarikan seumur hipup, pasti akan terus di lupakan oleh generasi muda saat ini hingga setelahnya. Perlu adanya penyesuaian agar wayang tetap bisa dinikmati khalayak luas khususnya generasi muda. Kata kunci: seni pertunjukan, goro-goro, wayang kulit, budaya jawa

References

Suryadi. 1980. Menuju Pembentukan Wayang Nusantara. Jakarta : Balai Pustaka

Kushendrawati, Selu. Wayang Dan nilai- nilai Etis: sebuah gambaran sikap hidup Orang Jawa.

————.1993. Mbangun Tuwuh no.22. Surakarta: Tri Darma.

————.1993. Mbangun Tuwuh no.25. Surakarta: Tri Darma

Tugiman, Hiro. 1998. Budaya Jawa dan Mundurnya Presiden Seoharto. Bandung.

Purboyo, Farkokh. 2011. “Perubahan Pagelaran Wayang Kulit Di Surakarta”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret

Ni’mah, Sholikhatul. 2016. “RESPON GENERASI MUDA JAWA TERHADAP SENI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT (Studi Kasus di Desa Lemah Ireng, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang)”. Skripsi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Universitas Negeri Semarang

Anggoro, Bayu. “Wayang dan Seni Pertunjukan: Kajian Sejarah Perkembangan Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni Pertunjukan dan Dakwah”. Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol .2 No. 2 tahun 2018

Yolanda, Eri. 2018. “Kesenian Budaya Wayang Kulit Di Yogyakarta”. Domestic Case Study. Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Heriwati, Sri Hesti. 2014. “Tindak Tutur Ekspresif Dan Direktif Dalamdialog Adegan Pathet Sanga Dan Pathet Manyura Pada Pertunjukanwayang Kulit Gaya Surakarta Dalang Nartasabda Dan Purbo Asmoro”. Disetasi Pascasarjana Lingguistik. Universitas Sebelas Maret Yogyakarta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Fauziansyah, Jody. Editing Dalam Karya Film Dokumenter “Sadi (S) Anak Ema (S)”. Diss. Fotografi & Film, 2018.

Iryana. Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif. Sorong : STAIN.

Hermansyah, Kusen Dony. 2011. ”Pengantar Ringan Tentang Film Dokumenter." Sinema Gorengan Indonesia.

Djuniawati. 2011. Metode Penelitian Lapangan Sebagai Dasar Pembuatan Film Dokumenter. Bandung. Prodi Tv & Film.

Downloads

Published

2023-08-28

Issue

Section

2023 Desain Komunikasi Visual